30 Mar 2022

KAJIAN HISTORIS SEBAGAI PENDEKATAN DALAM KAJIAN KEISLAMAN

Secara etimologi pendekatan berasal dari kata dekat, pendekatan artinya proses,perbuatan. Sedangkan sejarah berasal dari Bahasa Arab, syajarotun yang berarti pohon. Kata ini berkembang kemudian menjadi akar, keturunan, asal-usul, riwayat dan sisilah. Dalam Bahasa Inggris, kata sejarah dikenal dengan sebutan history yang berasal dari Bahasa yunani istoria yang berarti ilmu. Dari hal inilah pendekatan sejarah dalam studi Islam dapat diartikan sebuah sudut pandang objek kajian yang akan diteliti secara ilmiah dengan berdasar sejarahnya. Tentunya sejarah yang diangkat ke permukaan adalah sejarah terkait kajian islam yang menjadi objeknya. 
Para ahli sejarah menjadikan objek dimaksud pada manusia (human), waktu (time) dan ruang (space) atau tempat. Karena itu yang dijadikan sasaran dalam kajian sejarah ialah semua usaha manusia pada suatu waktu dan pada suatu tempat tertentu. Sehubungan dengan objek sejarah seperti itu, maka sedikitnya terdapat tujuh lapangan hidup yang dibahas dalam ilmu sejarah:
1) Keluarga
2) Jasmani
3) Ekonomi
4) Politik
5) Ilmu Pengetahuan/pendidikan
6) Kesenian
7) Agama

Pendekatan sejarah dalam studi Islam tentunya memiliki banyak fungsi, namun Nugroho Notosusanto hanya menyebutkan empat fungsi sejarah yang dominan, seperti halnya:

1. Fungsi rekreatif
Pada fungsi rekreatif ini menekankan pada upaya untuk menumbuhkan rasa tertarik untuk belajar dan menulis sejarah.

2. Fungsi inspiratif.
Fungsi ini terkait dengan suatu proses untuk memperkuat identitas dan mempertinggi dedikasi sebagai suatu bangsa.

3. Fungsi instruktif.
Dalam hal ini sejarah dapat berperan dalam upaya penyampaian pengetahuan dan keterampilan kepada subjek belajar.

4. Fungsi Edukatif.
Maksudnya adalah bahwa sejarah dapat dijadikan pelajaran dalam kehidupan keseharian bagi setiap manusia. Sejarah juga mengajarkan tentang contoh yang sudah terjadi pada kehidupan nyata.


Metode Pendekatan Sejarah

Heuristik
Heuristik adalah kegiatan mencari dan menemukan sumber yang diperlukan. Agar pencarian sumber berlangsung secara efektif.

Interpretasi
Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang diteliti cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran akan makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain.

Historiografi
Kegiatan terakhir dari penelitian sejarah (metode sejarah) adalah merangkaikan fakta berikut maknanya secara kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah.


Studi Islam Pada Masa Klasik

Secara garis besar sejarah Islam di kelompokkan dalam tiga periode besar, yaitu periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800 M sampai sekarang). Periode klasik merupakan jaman kemajuan yaitu Fase ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan.

1. Studi Islam Pada Masa Nabi

Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah SAW dan Khulafa AlRasyidun pada masa Rasulullah SAW dilakukan dalam kerangka memantapkan dasar-dasar ajaran Islam. Pada masa Rasulullah di Mekkah, Pendidikan lebih diarahkan pada dasar-dasar aqidah untuk memperkuat keimanan dan keyakinan akan keEsaan Allah di tengah praktik penyembahan berhala dan upaya merombak tradisi kafir Quraisy.

Zuhairini memaparkan materi pengajaran Rasulullah pada masa Mekkah ini adalah Pendidikan keagamaan, Pendidikan aqliyah dan ilmiyah, Pendidikan akhlaq dan budi pekerti serta Pendidikan jasmani dan kesehatan.

Sementara itu, perkembangan ilmu pengetahuan pun tidak ketinggalan. Misalnya, bidang–bidang kedokteran, filsafat, kimia, astronomi, dan ilmu ukPada Masa Umayyah, pusat penyebaran ilmu pengetahuan pada terdapat di masjid-masjid. Ilmu pengetahuan agama yang berkembang pada saat itu antara lain ialah ilmu qiraat, tafsir, hadis, fikih, nahwu, balaghah, dan lain-lain. Pada Masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz ra, sejarah penulisan hadist dimulai. Khalifah merasa khawatir akan merosot dan hilangnya ilmu karena meninggalnya para ulama.

2. Studi Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari bani Umayyah. Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al Rasyid (786-809 M) dan putranya Al Ma‘mun (813-833M). di bawah putranya Al Ma‘mun kebangkitan budaya dan keilmuan mencapai puncaknya. Al Ma‘mun mendirikan rumah kebijaksanaan (Baitul Hikmah) di Baghdad dan kegiatan utamanya adalah penerjemahan karya-karya filsafat dan ilmu pengetahuan asal Yunani.

3. Studi Islam Pada Masa Dinasti Fatimiyah

Setelah Mesir di kuasai selama empat tahun (969 -973 M), Dinasti Fatimiyyah telah mengalami masa kejayaannya. Zaman kejayaan ini di tandai dengan salah satunya di bidang Ilmu pengetahuan. Hal ini terbukti adanya minat masyarakat yang selalu membanjiri pusat ilmu pengetahuan. Lembaga pendidikan banyak di bangun antara lain Universitas Al Azhar dan Al hikmah sekaligus dilengkapi perpustakaan yang besar.


Studi Islam Pada Masa Pertengahan

1. Kerajaan Utsmani di Turki

a. Sejarah Singkat Kerajaan Utsmani

Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari Kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Kemudian menginvasi beberapa daerah di Asia Tengah. pergi ke Anatolia untuk meminta perlindungan kepada bangsa Turki yang menetap di Dinasti Saljuk. Kemudian muncullah seorang pemimpin dari bangsa Turki keturunan Oghuz yang bernama Utsman bin Erthgrul yang merupakan Gubernur wilayah di Anatoia pada masa Sultan Alauddin. Ia adalah orang yang berhasil mengusir bangsa Mongol dan kemudian mendeklarasikan berdirinya Kesultanan Turki Utsmani (Ottoman Empire).

2. Kerajaan Safawi di Persia

a. Sejarah Singkat Kerajaan Safawi

Kerajaan Safawi didirikan oleh Safi Al Din yang merupakan salah satu keturunan Imam Syi‘ah yang keenam yaitu Musa Al Kazim. Safi Al Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Safi Al Din mendirikan tarekat Safawiyah yang pada mulanya bertujuan untuk memerangi orang-orang ingkar dan golongan ahliahli bid‘ah. kemudian dalam perkembangannya gerakan tasawuf tersebut menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria, dan Anatolia.

b. Pendidikan Pada Masa Kerajaan Safawi Puncak kejayaan Kerajaan Safawi terjadi pada pemerintahan Abbas I, dengan bukti ia berhasil membangun 162 masjid dan 48 pusat pendidikan

Beberapa madrasah yang didirikan, antara lain:

1. Small grandmother, didirkian oleh Dilaram Khanum (nenek dari syah Abbas II)

2. Large grandmother, didirkian oleh Dilaram Khanum (nenek dari syah Abbas II)

3. Nim Avard, didirikan oleh Zinat Begum

Selain madrasah, ilmu pengetahuan juga dikembangkan melalui pendidikan di perguruan tinggi serta berbagai perpustakaan yang menyimpan karya penelitian ilmiah. Di kota Qum terdapat berbagai perguruan tinggi seperti sekolah tinggi, institut, universitas, serta tempat penelitian dan kajian ilmiah.

Ada pula beberapa ilmuan dalam masa Kerajaan Safawi, yaitu:

a. Baha al-Din al—Syirazi (generalis ilmu pengetahuan)

b. Sadr al-Din al-Syirazi atau Mulla Sadra (filsuf)

c. Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad (filsuf, sejarawan, dan teolog)

3. Kerajaan Mughal di India

Kerajaan Mughal Dinasti Mughal (1256-1858 M) merupakan kekuasaan Islam terbesar pada

anak benua India, yang didirikan oleh Zahiruddin Babur (1526-1530 M)

Pendidikan Pada Masa Kerajaan Mughal

a. Masjid sebagai tempat belajar agama bagi masyarakat

Pada masa itu, di tiap-tiap masjid tersedia ulama yang memberikan pengajaran berbagai cabang ilmu agama, bahkan tersedia ruangan khusus untuk para pelajar yang ingin tinggal di masjid selama masa pendidikan.

b. Khanqah (pesantren) Ilmu yang diajarkan pada khanqah yaitu ilmu pengetahuan seperti matematika, logika, filsafat, tafsir Qur‘an, hadits, fiqh, sejarah, dan geografi.

c. Kegiatan pendidikan pada kerajaan

1) Fase klasik Kemajuan pendidikan jauh lebih kompleks khususnya pada bidang intelektual, baik ilmu keagamaan, politik, peradaban dan kebudayaan seperti bidang ilmu pengetahuan dan filsafat.

2) Fase modern Pada fase modern umat Islam hanya melakukan taklid yang ada pada Islam masa klasik sehingga tidak tampak adanya ijtihad mutlak


Studi Islam Pada Masa Modern

Pembaharuan Islam

Pembaruan dalam Islam bukan dalam hal menyangkut dasar atau fundamental ajaran Islam, artinya bahwa pembaruan Islam bukan dimaksudkan untuk mengubah, memodifikasi atau merevisi nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam supaya sesuai dengan selera jaman, melainkan lebih terkait dengan penafsiran terhadap ajaran-ajaran dasar agar sesuai dengan kebutuhan perkembangan zaman. Pembaruan Islam memiliki dua misi ganda, yaitu misi purifikasi (pemurnian) dan misi implementasi ajaran Islam di tengah tantangan zaman.

Urgensi Pembaharuan Islam di Era Modern

Faktor gerakan pembaharuan dalam sejarah Islam didorong oleh ajaran Islam itu sendiri, yaitu ketika pengamalan ajaran Islam telah mengalami pergeseran dari sumber utama ajaran Islam itu sendiri dalam hal ini Al-Quran dan As-Sunnah.

Sementara itu, cepatnya kemunculan gerakan pembaharuan Islam tersebut dipengaruhi dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah faktor ajaran Islam itu sendiri (ajaran Islam mendorong untuk melakukan pembaharuan). Sedangkan faktor eksternal yang melatarbelakangi adanya suatu tindakan dalam pembaharuan Islam, khususnya masa modern, menurut klaim Barat, gerakan Islam yang muncul pada masa modern dipengaruhi oleh Barat.

Era Modern

Masa pembaharuan (modern) bagi dunia Islam adalah masa yang dimulai dan tahun 1800 M sampai sekarang. Masa pembaharuan ditandai dengan adanya kesadaran umat Islam terhadap kelemahan dirinya dan adanya dorongan untuk memperoleh kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Syahrin Harahap berpendapat bahwa manusia modern, menganut dan menerapkan nilai-nilai fundamental berikut:

1. Penghormatan terhadap akal
2. Jujur dan memiliki tanggungjawab personal
3. Kemampuan menunda kesenangan abadi demi kesenangan sesaat
4. Komitmen waktu dan etos kerja tinggi
5. Keyakinan akan keadilan yang merata
6. Penghargaan tinggi terhadap ilmu pengetahuan
7. Perencanaan masa depan
8. Penghargaan terhadap bakat dan kemampuan
9. Penegakan moralitas

23 Mar 2022

TAUHID SEBAGAI DASAR TUJUAN KEHIDUPAN

A. Hakikat Tauhid 

Tauhid dari segi bahasa adalah bahasa arab, yaitu bentuk masdar (sifat atau keadaaan) dari kata yuhid/ wahid yang artinya “menyatukan” atau “meng-esa kan”. Sebagai bentuk masdar (sifat dan keadaan), kata “ Tauhid” artinya adalah “penyatuan” atau “pengesaan”. Menurut istilah dari segi istilah islam, perkataan Tauhid adalah berarti esa atau satu, yang merupakan asma Allah yang menunjukkan sifat ke-Maha Esaan dan ke-Maha Tunggalannya. 

Faedah Ilmu Tauhid:
- Tidak kekal ke dalam neraka
- Tidak akan sesat
- Menjadi taat kepada perintah Allah SWT
- Terpelihara iman.
- Mendapat ketenangan hati
- Faedah setelah mati


B. Urgensi Tauhid 

• Tauhid adalah tujuan diciptakannya jin dan manusia
• Tauhid merupakan inti dakwah para rasul
• Tauhid merupakan hal yang pertama diperintahkan oleh Allah kepada hambaNya sebelum kewajiaban yang lainnya.
• Tauhid adalah hak Allah atas hambaNya
• Tauhid merupakan tugas seorang muslim sepanjang hidupnya.


C. Pengaruh Tauhid dalam Kehidupan Umat Islam dan Manfaatnya 

• Terhindari dari Perbuatan Syirik
• Pedoman Hidup Bahagia Dunia Akhirat
• Memperoleh Ketenangan Hati


D. Hal-hal yang Bertentangan dengan Tauhid 

•Tidak meyakini bahwa para nabi dan imam itu memang sedemikian dekat dengan Allah, sehingga mereka dianugerahi kekuatan dan kualitas supranatural. 

• Apakah kalau orang ber-wasîlah kepada imam dan wali, ziarah ke makam mereka dan memohon kepada mereka, dari sudut pandang tauhid, memiliki pengertian yang benar mengenai apa yang dilakukannya atau tidak. Mereka harus diingatkan tentang pandangan tauhid ini. Namun demikian, tak ada alasan untuk menyebut musyrik terhadap ziarah ke makam. 

• Musyrik kalau memuliakan dan memuji makhluk sedemikian seakan makhluk tersebut benar-benar sempurna dan eksis sendiri. Hanya Allah sajalah yang benar-benar sempurna.


E. Tauhid sebagai Dasar Ideologi 

• Asas Berbangsa
Jika ditelaah secara cermat dan jujur, berdasarkan proses penyusunan Pancasila itu sendiri sebenarnya lebih masuk akal jika pemahaman Ketuhanan Yang Maha Esa lebih merujuk kepada konsep ketuhanan dalam Islam, yaitu konsep tauhid. Sebab, rumusan "Ketuhanan Yang Maha Esa" itu memang datang dari para tokoh Islam, seperti KH Wachid Hasyim, Kasman Singodimedjo, Ki Bagus Hadikusumo, dan sebagainya. Rumusan itu juga muncul sebagai kompensasi dari dihapuskannya tujuh kata dalam sidang penetapan UUD 1945 pada 18 Agustus 1945. 

• Aplikasi tauhid
Seorang yang bertauhid akan mengikrarkan dan meyakini bahwa satu-satunya Tuhan yang berhak untuk disembah dan ditaati adalah Allah, bukan Tuhan yang lain. Allah adalah nama Tuhan yang ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga. Tauhid artinya tauhidullah, yakni pengenalan dan pengakuan akan Allah Yang Maha Kuasa sebagai satu-satunya Tuhan. Orang yang menjadikan tuhan-tuhan selain Allah, disebut orang musyrik. Dan syirik adalah tindakan zalim yang sangat besar. Sedangkan iman adalah membenarkan kepada seluruh ajaran yang beliau sampaikan. Tidak boleh ada pemaksaan terhadap orang lain untuk bertauhid, sebab telah jelas mana yang salah dan mana yang benar.

16 Mar 2022

SUMBER MATERIIL PRAKTIK KEHIDUPAN ISLAMI

A. Alqur'an sebagai Sumber Materiil dalam Kehidupan Islam 

Al-Qur’an adalah “kalamullah yang mu’jiz, yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw dengan perantaraan Jibril, dengan lafadz Arab, yang ditulis dalam mashahif, yang membacanya dinilai sebagai ibadah, diriwayatkan secara mutawatir”.
Alqur'an dalam sumber ajaran Islam telah ditetapkan sebagai suatu ketetapan bahwa dalil syar'i yang dipergunakan oleh hukum amaliah itu, dikembangkan kepada empat hal yakni Al-Qur'an, as-sunah, ijma', dan qiyas. Keempat dalil ini sudah disepakati oleh umat Islam. Artinya, apabila orang yang mengemukakan suatu persoalan, maka mula-mula dilihat dalam Al-Qur'an, kalau terdapat hukumnya maka kemudian dijalankan. Jika tidak terdapat Al-Qur'an, maka kemudian dilihat dalam as-sunah; kalau terdapat hukumnya dalam Sunnah ini maka dijalankan. Tetapi kalau tidak ditemukan maka diperhatikan apakah para Mujtahid masa lalu pernah bersidang untuk memecahkan masalah itu (ijma'); kalau sudah terdapat hukumnya maka dijalankan. Tetapi kalau tidak, maka dalam hal ini kita melakukan ijtihad sendiri yakni dengan qiyas (analogi) kepada keputusan-keputusa. Yang berdasarkan Nash.


B. Hadits sebagai Sumber Materiil dalam Kehidupan Islam 

Hadits secara bahasa memiliki beberapa arti, di antaranya yaitu, jadid (baru), qarib (dekat), dan Khabar (warta berita). Menurut ahli Ushul, hadits adalah: "Segala perkataan, segala perbuatan dan segala taqrir nabi Muhammad Saw yang bersangkutan dengan hukum."
Hadits dalam sumber ajaran Islam sebagai salah satu sumber ajaran Islam didasarkan atas adanya beberapa kenyataan berikut ini:
–Hadits adalah penjelas bagi Al-Qur'an
–Ayat-ayat tentang perintah untuk taat pada Rasulullah
–Kontekstualisasi hadits dari makna lokasi temporal menuju makna universal 

Hadits dalam sumber ajaran Islam memiliki kedudukan yang sangat urgen. Dimana hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Alquran. Alquran akan sulit dipahami tanpa intervensi hadits. Memakai Alquran tanpa mengambil hadits sebagai landasan hukum dan pedoman hidup adalah hal yang tidak mungkin, karena Alquran akan sulit dipahami tanpa menggunakan hadits.


C. Alam Semesta sebagai Sumber Materiil dalam Kehidupan Islami 

Definisi dari alam semesta itu sendiri adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan system yang unik danmisterius. Alam syahadah dapat dibedakan menjadi alam raya (makrokosmos) dan alamzarrah (mikrokosmos). Dan dapat pula dibedakan menjadi alam nabati, hewani, dan insani.
Tujuan Penciptaan Alam Semesta dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa Tuhan memiliki tujuan dalam penciptaan alam semesta ini “Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan [tujuan] yang benar dan dalam waktu yang ditentukan.” (al-Ahqaf: 3).
Ayat tersebut mengajak manusia untuk mencapai tujuan dari berbagai fenomena semesta melalui cara yang serius. Dengan demikian, tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan dihancurkan. Akan tetapi adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan.
Kedudukan Alam Semesta sebagai Sumber Ajaran Islam adalah pandangan terhadap alam semesta bukan hanya berdasarkan akal semata. Alam semesta difungsikan untuk menggerakkan emosi dan perasaan manusia terhadap keagungan alKhaliq, kekerdilan manusia di hadapan-Nya, dan pentingnya ketundukan kepada-Nya. Artinya, alam semesta dipandang sebagai dalil qath‟i yang menunjukkan keesaan dan ketuhanan Allah.


D. Aplikasi Ketiga Sumber Hukum Materiil dalam Kehidupan Islami 

1. Aplikasi dari Al-Qur'an dan Hadits 

a. Dalam Kehidupan Pribadi
• Memanfaatkan waktu luang untuk menguasai suatu bidang
• Memiliki semangat keilmuan yang tinggi 

b. Dalam kehidupan keluarga
• Menaati ajuran dan bimbingan dari kedua orang tua.
• Menjaga amanah yang diberikan kedua orang tua. 

c. Dalam kehidupan bermasyarakat
• Ikut berperan aktif dalam kehidupan masyarakat
• Menjaga kerukunan dan gemar menolong. 

2. Aplikasi Alam Semesta dalam Kehidupan Islami
Dalam perspektif Al-Qur’an, pengungkapan fenomena alam (al-ayat ak-kauniyah) di samping bertujuan untuk mengenal Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya, juga berfungsi sebagai prasarat untuk mewujudkan salah satu tujuan diciptakannya alam semesta ini, yakni untuk kesejahteraan dan manfaat sebesar-besarnya bagi manusia. Dalam Al-Qur’an penyediaan dan pemanfaatan alam sebesar-besarnya untuk kepentingan manusia ini biasa dikenal sebagai doktrin tasykhir.

8 Mar 2022

METODOLOGI STUDI ISLAM

A. Pengertian Studi Islam

Studi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah bahts, yang kandungan maknanya secara kebahasaan adalah mencari sesuatu yang tersembunyi (gaib). Karena sesuatu yang tersembunyi dari akal manusia juga susah untuk digambarkan dalam benak (persepsi), apalagi mewujudkannya dalam dunia nyata (realitas) yang dapat dijangkau oleh indera, terutama yang sifatnya benda-benda maknawi seperti keberaniaan dan kejujuaran. Hal yang bisa dilakukan dalam kondisi seperti ini hanyalah berusaha mengetahui sebanyak mungkin karakteristiknya hingga mencapai hakikatnya secara utuh dan menyeluruh, melalui serangkaian langkah-langkah metodologis, dengan beragam prosedur yang berstandar ilmiah.
Islam sendiri secara etimologi berarti الا انقياد tunduk. Kata Islam juga berasal dari bahasa Arab, salima yang artinya selamat dan aslama yang berarti berserah diri, tunduk, dan patuh. Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut Muslim. Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya.

Bagi Sayyid Quthb, Islam diartikan sebagai:

“Islam berarti tunduk /patuh, taat dan mengikuti, yakni tunduk patuh kepada perintah Allah, taat kepada syari’at-Nya serta mengikut kepada rasul beserta manhajnya. Barang siapa tidak patuh, taat dan berittiba’ maka ia bukanlah seorang muslim. Oleh karenanya ia bukanlah penganut dari agama yang diridhai oleh Allah padahal Allah tidak meridhai kecuali Islam”
Sedangkan pengertian Islam menurut istilah adalah agama yang didasarkan pada lima pilar, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan sholat, mengelola zakat, berpuasa di bulan ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu.
Islam yang dipahami sebagai satu bentuk ilmu pengetahuan merujuk pada pengertian keutuhan seluruh sistem pemikiran ajaran yang terkandung dalam Islam. Dalam hal ini pemahaman tentang Islam dibangun dan dikembangkan berdasar tafsiran atau interpretasi manusia khususnya umat Islam dari makna atau maksud yang terkandung dalam ajaran Islam.
Dalam Al-Qur’an dan hadits yang merupakan sumber pokok ajaran Islam dapat ditemukan pembahasan semua aspek yang ada dalam semesta raya dan kehidupan makhluk yang ada di dalamnya, bahkan tentang negeri yang belum diketahui manusia sebelum mereka meninggal dunia, yaitu akhirat.

B. Urgensi Studi Islam

Saat ini umat islam sedang menghadapi tantangan dari kehidupan dunia dan budaya modern, studi keislaman menjadi sangat urgen. Studi islam dituntut untuk membuka diri terhadap masuknya dan digunakannya pendekatan- pendekatan yang bersifat objektif dan rasional. Dan secara bertahap meninggalkan pendekatan yang bersifat subjektif doktriner. Proses pengajaran islam hingga saat ini belum tersusun secara sistematis dan belum disampaikan menurut prinsip, pendekatan, dan metode yang direncanakan dengan baik.

Urgensi studi Islam yang demikian dapat dipahami dan diuraikan sebagai berikut:

1. Umat Islam saat ini pada kondisi yang problematis.
Saat ini umat Islam masih berada dalam posisi pinggiran (marginal) dan lemah dalam segala bidang kehidupan sosial budaya. Dalam kondisi ini, umat Islam harus bisa melakukan gerakan pemikiran yang dapat menghasilkan konsep pemikiran yang cemerlang dan operasional untuk mengantisipasi perkembangan kemajuan tersebut.

2. Umat manusia dan peradabannya berada dalam suasana problematis tersebut.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern telah membuka era baru dalam perkembangan budaya dan peradaban umat manusia, yang dikenal dengan era globalisasi. Pada era ini ditandai dengan semakin dekatnya jarak hubungan komunikasi antar bangsa dan budaya umat manusia. Pada suasana semacam ini tentunya umat many membutuhkan adanya aturan-aturan, nilai-nilai, dan norma-norma serta pedoman dan pandangan hidup yang universal dan diakui atau diterima oleh semua bangsa. Masalahnya adalah “darimana sumber aturan ini dan norma serta pedoman hidup yang universal itu diperoleh?” Umat manusia dalam peradaban dan kebudayaan memang telah berhasil menemukan aturan, nilai, dan norma sebagai pedoman dan pegangan hidup, yang berupa agama, filsafat serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

C. Ruang Lingkup dalam Studi Islam

Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi saja, namun mengenai berbagai macam segi dari kehidupan manusia. Membahas studi Islam, bukan berarti hanya mempelajari tentang tata cara shalat, puasa, zakat, dan lain sebagainya. Namun juga hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari manusia, baik untuk kaum muslimin sendiri maupun non muslim.
Studi Islam merupakan ilmu yang membahas tentang bagaimana memahami Islam secara sederhana dan elastis tanpa mendoktrin antara satu sama lain walaupun mengalami perbedaan dan berfikir sangat beda dalam memahami Islam secara konseptual. Islam agama yang indah yang mengatur semua yang terjadi di dalam kehidupan yang memiliki pedoman Al-Qur’an dan Hadis. Ruang lingkup metodologi studi Islam merupakan suatu pemikiran yang mengajak untuk berfikir secara kritis dan sistematis. Ruang lingkup metodologi studi Islam merupakan suatu hal yang membahas bagaimana cara mencari solusi dari masalah-masalah yang terkait dalam masyarakat dengan memecahkan masalah tersebut dengan kajian-kajian yang mempunyai bermacam-macam analisis yang dijadikan satu kesatuan melalui pendapat-pendapat pemikiran yang kemudian dianalisis agar mendapatkan pemecahan masalah-masalah dengan baik sehingga tidak menimbulkan permusuhan dan perselisihan.
Studi Islam adalah pengetahuan yang dirumuskan dari ajaran Islam yang dipraktikkan dalam sejarah kehidupan manusia, sedangkan pengetahuan agama merupakan pengetahuan yang sepenuhnya diambil dari ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya secara murni tanpa dipengaruhi oleh sejarah, seperti aqidah, ibadah, membaca Alqur’an, dan akhlak. Agama sebagai objek studi, minimal dapat dilihat dari sisi:

a. Sebagai doktrin dari Tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final dalam arti absolut, dan diterima apa adanya.
b. Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhay doktrin agamanya.
c. Sebagai interaksi sosial, yaitu realitas umat Islam.

2 Mar 2022

Islam Sebagai Doktrin dan Islam Sebagai Way of Life

Doktrin berasal dari bahasa inggris yaitu doctrine yang berarti ajaran. Doktrin sendiri lebih dikenal dengan ajaran yang sifatnya absolute (mutlak) yang bisa juga di maknai dengan ajaran yang tidak boleh diganggu gugat. 
Pengertian dari doktrin sendiri adalah ajaran-ajaran atau asas untuk mendirikan suatu agama atau organisasi lain yang ajarannya bersifat absolute dan tidak bisa diganggu gugat. 

Dalam trilogi doktrin islam terdapat beberapa bagian. berikut triloginya beserta penjelasannya 

a. Islam, menjalankan syariat Nabi Muhammad SAW dengan anggota zahir. Rukun islam ada 5 yaitu ; 

-mengucapkan 2 kalimat syahadat 

-mendirikan shalat 5 waktu 

-menunaikan zakat 

-puasa setiap bulan Ramadhan 

-melaksanakan ibadah haji, apabila mampu, cukupnya bekal, amannya perjalanan, dan sempat waktunya 

b. Iman, meyakini dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan. Rukun iman ada 6, yaitu : 

-beritiqad atau percaya adanya Tuhan Allah Ta'ala yang Esa 

-beritiqad atau percaya adanya malaikat Allah Ta'ala 

-beritiqad atau percaya adanya kitab-kitab Allah Ta'ala 

-beritiqad atau percaya adanya utusan-utusan Allah Ta'ala 

-beritiqad atau percaya adanya hari kiamat (hari rusaknya alam dunia ini) 

-beritiqad atau percaya adanya baik dan buruk itu ciptaan Allah Ta'ala 

c. Ihsan, hendaknya kita menyembah Allah seakan-akan kita melihat-Nya, sebab meski kita tidak bisa melihat-Nya, Allah pasti melihat kita.




Pada hakikatnya, islam tidak hanya membawa ajaran-ajaran yang mengenal satu segi saha, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Karna itu, islam kerap disebut sebagai way of life atau jalan hidup atau juga bisa disebut dengan pedoman hidup. 

Berikut beberapa prinsip islam sebagai way of life : 

-sesuai fitrah kita sebagai makhluk hidup 

-seimbang dunia akhirat, dianjurkan untuk seimbang dan tidak boleh berat hanya pada 1 sisi saja. 

-sesuai kondisi zaman, karna setiap zaman memiliki kondisi nya masing-masing sehingga kita harus mampu untuk menyesuaikannya. 

-tidak mempersulit, karna islam adalah agama yang mudah 

-sesuai perkembangan IPTEK 

-orientasi masa depan lebih baik 

-persamaan derajat 

-adil