Disini saya akan mencoba membahas tentang Bacaan Al-Qur'an dan Melagukannya. Semoga membantu kalian semua.
Simak saja ya..
ADAB MEMBACA AL QUR'AN
• Membersihkan mulut dengan siwak atau lainnya
• Diutamakan dalam keadaan suci
• Jika orang yang berjunub atau perempuan yang haid tidak menemukan air, maka dia bertayamum dan diharuskan baginya membaca Al-Qur'an dan kewajiban lainnya
• Disunnahkan di tempat yang bersih, suci, dan terpilih
• Diutamakan menghadap kiblat
• Memohon perlindungan dengan membaca ta'awudz
• Membaca basmalah
• Bersikap khusyuk dan merenungkan maknanya ketika membaca Al-Qur'an
PAHALA MEMBACA AL QUR'AN
Allah SWT berfirman dalam QS Fathir [35]:29-30 yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah SWT dan mendirikan shalat dna menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam ddan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah SWT menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka anugerah-Nya. Sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun Maha Mensyukuri."
1. Menjadi manusia yang terbaik
2. Diberi kenikmatan yang tiada bandingnya
3. Al-Qur'an memberi syafaat bagi pembacanya pada hari kiamat.
SEJARAH QIRA'AH SAB'AH
Pada awal permulaan Islam, para sahabat mempelajari Al-Qur’an secara langsung dari Rasulullah SAW sebagai penerima wahyu. Sebagian sahabat juga menerima setoran hafalan Al-Qur’an dari sahabat yang lain dan juga para tabi’in. Bahkan di antara mereka ada yang dikirim ke berbagai belahan wilayah Islam ketika itu untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada penduduk setempat.
Seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak orang yang mempelajari Al-Qur’an secara intensif, sehingga banyak Imam ahli qiraat yang muncul. Namun, ada beberapa perbedaan dalam bacaan Al-Qur’an mereka. Meski demikian, pada abad kedua dan ketiga hijriyah, mayoritas umat Islam di masing-masing wilayah mengikuti bacaan dari imam qiraat tertentu. Penduduk Madinah mengikuti bacaan imam Nafi’, penduduk Mekkah mengikuti bacaan imam Ibnu Katsir, penduduk Syam mengikuti bacaan imam Ibnu Amir, dan lain sebagainya. Ibnu Mujahid mengumpulkan bacaan tujuh imam qiraat dalam kitabnya berjudul “As-Sab’atu fi al-Qiraa’aat”.
Bacaan mereka dipilih karena bacaan mereka banyak dipakai dan disebarluaskan (mutawatir), sesuai dengan tulisan dalam mushaf dan kaidah bahasa Arab, serta diriwayatkan dengan sanad yang shohih. Di samping itu, mereka adalah imam-imam qiraat yang dikenal shaleh dan terpercaya (tsiqah).
HIKMAH QIRA'AH SAB'AH
• Memperkokoh kesatuan ummat.
• Bukti keagungan Al-Qur’an.
• Memberikan kelegaan pada umat.
• Ibadah dalam Islam sangatlah mudah.
• Merupakan indikasi mutlak bahwa Al-Qur’an adalah benar-benar firman Allah.
• Merupakan bukti yang kuat atas kebenaran Rasulullah SAW.
• Mengindikasikan keagungan umat Islam.
• Menunjukkan bahwa kitab Allah terpelihara dari penyimpangan.
• Hikmah yang paling agung adalah mempermudah umat dalam urusan.
SEJARAH ILMU TAJWID
Ilmu tajwid telah bermula sejak Al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah saw. sendiri diperintah untuk membaca Al-Qur'an dengan tajwid dan tartil seperti yang disebut dalam Ayat 4, Surah al-Muzammil. "Bacalah Al-Qur'an itu dengan tartil (perlahan-lahan)." Kemudian Nabi Muhammad saw. mengajarkan ayat-ayat tersebut kepada para sahabat dengan bacaan tartil.
Sayyidina Ali r.a., apabila ditanya tentang apakah maksud Al-Qur'an dibaca secara tartil maka beliau menjawab, " Membaguskan sebutan atau pelafalan bacaan pada setiap huruf dan berhenti pada tempat yang betul."
Ini menunjukan bahwa pembacaan Al-Qur'an bukanlah suatu ilmu hasil dari ijtihad (fatwa)para ulamayang diolah berdasarkan dalil-dalil dari Al-Qur'an dan Sunah, melainkan sesuatu yang taufiqi.
Para sahabat r.a. adalah orang-orang yang amanah dalam mewariskan bacaan ini kepada generasi umat Islam selanjutnya. Mereka tidak akan menambah ataupun mengurangi apa yang telah mereka pelajari itu karena rasa takut mereka yang tinggi kepada Allah Swt.
Meskipun demikian, penulisan ilmu tajwid yang paling awal dianggap ketika Usman melengkapi mushaf dengan tanda titik dan garis atau harakat. Gerakan ini dilakukan karena umat Islam mulai melakukan kesalahan-kesalahan dalam membaca Al-Qur'an.
Sebelumnya Usman menyiapkan mushaf Al-Qur'an sebanyak enam atau tujuh buah. Beliau telah membiarkan tanpa titik-titik huruf dan baris-baris untuk memberi keluasan kepada para sahabat dan Thabi'in pada masa itu untuk membacanya sebagaimana yang mereka ambil dari Rasulullah saw. sesuai dengan lahjah (dialek) bangsa Arab macam-macam.
Setelah berkembang luasnya agama Islam ke seluruh tanah Arab serta jatuhnya Roma dan Parsi ke tangan umat Islam pada tahun pertama dan kedua Hijriah, bahasa Arab mulai bercampur dengan Bahasa penduduk.
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam membacanya maka baris dan titik pada huruf-hurufnya. Ilmu Qiraat yang paling awal ialah apa yang telah dihimpun oleh Abu 'Ubaid al-Qasim Ibnu Salam dalam kitabnya al-Qiraat tetapi ada yang mengatakan apa yang telah disusun oleh Abu 'Umar Hafs ad-Duri dalam ilmu Qiraat adalah lebih awal.
Pada kurun ke-4 Hijriah pula, lahir Ibnu Mujahid al-Bagdadi dengan karangannya. Setelah itu lahir para ulama yang memelihara kedua ilmu ini dengan karangan-karangan mereka dari masa ke masa, seperti Abu 'Amr ad-Dani dengan kitabnya at-Taysir, Imam asy-Syatibi Tahani dengan kitabnya Hirzul Amani wa Wajhut Tahani yang menjadi tonggak kepada karangan-karangan para tokoh yang sezaman dan yang setelah mereka. Akan tetapi, yang jelas dari karangan-karangan mereka ialah ilmu Tajwid dan ilmu Qiraat senantiasa bergandengan, ditulis dalam satu kitab tanpa dipisahkan pembahasannya. Penulisan ini juga diajarkan kepada murid murid mereka.
Kemudian, lahir pula seorang tokoh yang amat pentingdalam ilmu Tajwid dan Qiraat, yaitu Imam (ulama) yang lebih terkenal dengan nama Ibnul Jazari dengan karangan beliau yang masyhur.
SEJARAH MAKHARIJUL HURUF
Pada suatu hari, Abul Aswad addu’ali berjalan di sebuah gang sempit dan mendengar seseorang yang sedang membaca awal surat At-Taubah. Pada ayat tersebut, kata yang bercetak tebal dibaca wa rasuuluh akan tetapi orang itu membaca ayat tersebut dengan wa rasuulih. Mungkin kelihatannya hanya persoalan sepele (karena hanya masalah harakat) akan tetapi, dalam bahasa arab perubahan harakat bisa mengakibatkan adanya perubahan makna dari yang awalnya bermakna “bahwsanya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari kaum musyrik” berubah menjadi “Allah berlepas diri dari kaum musyrik dan Rasul-Nya” (na’udzubillah min dzalik). Setelah mendengar bacaan itu, abul aswad terkejut dan berkata “maha suci Allah, semoga Allah tidak berlepas diri dari Rasul-Nya.” lalu beliau datang kepada khalifah.
Setelah orang-orang a’jam masuk islam, para ulama mulai menyadari pentingnya kaidah-kaidah dalam A-Qur’an agar orang-orang tidak melakukan kesalahan. Misal, dalam al-Qur’an terdapat huruf ha ح) ) seperti dalam surat Al-Fatihah.
Sedangkan huruf tersebut tidak terdapat dalam bahasanya, maka sebagian orang membaca dengan mengganti haح) ) menjadi ha ه)) Atau menjadi kha خ)) . Padahal kedua-duanya salah dan apabila hal ini terus dibiarkan, niscaya huruf-huruf Al-Qur’an akan hilang. Dan dengan hilangnya huruf-huruf tersebut akan hilang pula makna Al-Qur’an yang telah diwahyukan oleh Allah di dalamnya. Jika diumpamakan, makna bagaikan air dan lafadz bagaikan gelas. Sebagaimana telah diketahui bahwa bentuk air akan selalu mengikuti bentuk tempat yang ditempatinya.
Demikian pula lafadz, ketika kita sedang melafadzkan sebuah kata misalkan (عسى) kata ini bermakna harapan. Akan tetapi jika huruf sin dalam kalimat ini kita tebalkan, yakni (عصى ) maka arti dalam kata ini sudah berubah sebagaimana pindahnya air ke tempat yang lain.
Ada seorang ulama’ besar –sesudah Abul Aswad- yakni Khalil Ibnu Ahmad al-Farahidi, muridnya yang bernama di bawah berkata:
ان الخليل ذاق الحروف
“Sesungguhnya khalil dapat merasakan huruf”
Padahal biasanya yang dirasa oleh orang- orang adalah makanan atau minuman. Dalam hal ini sibawaih mengumpamakan huruf dengan makanan dan minuman. Karena pada suatu hari khalil mencoba untuk melafadzkan huruf-huruf tersebut dan mencobanya dengan berbagai harakat kemudian beliau menuliskan tempat-tempat keluarnya. misal huruf kha’ keluar dari tenggorokan paling atas, huruf ba’ keluar dari kedua bibir dan lain sebagainya.
HIKMAH ILMU TAJWID DAN MAKHARIJUL HURUF
• Mengetahui cara membaca Al-Qur’an yang baik dan benar
• Mampu membaca Al-Qur’an sesuai kaidah yang benar
• Menjaga lidah dari terjadinya kesalahan saat membaca Al-Qur’an (Lahn)
Kesalahan sepele dalam membaca harakat, huruf, ataupun suatu kalimat akan dapat mengubah maksa sesungguhnya dari Al-Qur’an itu sendiri. Begitu juga halnya, kita tidak diperbolehkan mengganti salah satu kalimat yang ada di dalam Al-Qur’an dengan kalimat dalam bahasa arab yang lainnya.
Nahh itu tadi beberapa yang bisa saya sampaikan. Apabila masih ada kekurangan atau ada yang perlu ditanyakan, silahkan komen dibawah. Insyaallah saya akan membalasnya.
Untuk pembahasan selain tentang Islam juga boleh. Mungkin nanti saya juga akan membahas diluar konteks Agama. Bisa tentang film, novel, komik, musik, ataupun sejarah. So..
Terima kasih.. see you next time and peace ✌️
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apakah kamu suka? Dukung blog ini ya.. :)