18 Des 2020

Tafsir Tematik: Jihad Dalam Islam

• Secara bahasa (etimologi) Jihad berasal dari bahasa Arab, yang merupakan masdar dari kata jahada – yujahidu – jihadan asal kata dari yajhadu – jahdan-juhdan yang berarti tenaga, usaha, dan berjuang.

• Menurut istilah (terminologi), Jihad berarti bersungguh-sungguh mencurahkan segenap pikiran, kekuatan, dan kemampuan untuk mencapai tujuan.

• Jihad juga dapat diartikan sebagai melawan kecenderungan jahat dalam diri sendiri, ataupun memperjuangkan kebaikan, memahami dan mengamalkan pesan dalam Al-Quran, dan lain sebagainya adalah termasuk Jihad.



Pandangan Jihad dalam Al Qur'an

Jihad yang dilakukan Oleh Nabi dan para sahabatnya saat di Madinah dilakukan dalam rangka untuk membela diri atau khususnya pemeluk Islam dari agresi dan kekerasan yang dilakukan kaum kafir Quraisy di Makah pada saat itu, sehingga dirasa sangat perlu untuk menyudahi penyiksaan terhadap kaum muslimin tersebut. Dalam banyak ayat, di dalam Al-Quran sendiri menerangkan bahwa perang bukanlah solusi dan bukan ajaran dari Islam. Bahkan dalam Al-Quran melarang kaum muslimin untuk memerangi orang-orang yang tidak melakukan suatu penyerangan atau pengusiran terlebih dahulu. Di dalam Al-Quran, ternyata selain menggunakan kata Jihad juga menggunakan kata Qital yang menunjukkan sekaligus membedakan arti yang lebih spesifik antara Jihad Perang dengan Jihad yang lain. Qital sendiri berasal dari kata qatala yang berarti memerangi atau membunuh. Makna dari Qital ini ialah mengacu pada berjuang dengan mengangkat senjata untuk memerangi musuh yang mencam kaum muslimin. Qital juga termasuk dalam bagian dari Jihad, sehingga dalam penggunaanya sering disebut dengan Jihad Qital untuk menunjukkan perjuangan dengan mengangkat senjata atau peran.



Penyebutan Jihad dalam Al Qur'an

Dalam pengunaan kata Jihad itu sendiri mempunyai bentuk yang variatif. Dimana terkadang kata Jihad berupa Fi’il Madhi, Mudhari’, atau Masdar dan juga biasanya berbentuk Mufrad, Tathniyah dan Jama’ dengan rincian sebagai berikut:

• Al-Nahl (16): 38                                                            
• Al-Nahl (16): 38
• Al-Ankabut (29): 6 disebut 2 kali
• Al-Ankabut (29): 8
• Al-Ankabut (29): 69
• Al-Hajj (22) : 78 disebutkan 2 kali
• Al-Baqarah (2): 218
• Al-Anfal (8): 72
• Al-Anfal (8): 74



Macam-macam Jihad :


1. Jihad melawan setan dan hawa nafsu 

dikatakan Jihad melawan Hawa nafsu merupakan jihad terhadap diri sendiri, karena Jihad ini diperuntukkan untuk melawan segala keburukan diri kita untuk menjadi lebih baik lagi. Hawa nafsu sendiri memiliki kecenderungan terhadap keburukan, sehingga kita harus selalu berjuang untuk mengendalikan hawa nafsu baik hawa nafsu terhadap lawan jenis maupun hawa nafsu dunia yang akan membuat kita terlena jika terus mengejar keduanya. Jihad melawan setan dan juga hawa nafsu dapat dilakukan dengan cara seperti;

• Bersabar juga menahaan godaan dalam berbagai cobaan.
• Mempelajari pesan-pesan yang dikandung di dalam Al-Quran.
• Mengamalkan apa yang telah diketahui dan dipelajari.
• Mengajak orang lain untuk selalu menghindari hal yang yang buruk.


2. Jihad melawan orang munafik dan orang kafir

Berjuang melawan orang munafik dan juga orang kafir perlu dilakukan dengan upaya melalui berbagai pendekatan-pendekatan, seperti dengan melalui pendekatan hati, pendekatan lisan, pendekatan harta ataupun dengan pendekatan jiwa. Sehingga berjuang melawan orang munafik tidaklah dilakukan dengan kekerasan namun dapat dilakukan dengan kelembutan. Berjuang melawan orang munafik sendiri telah diperintahkan Allah SWT dalam Al-Quran yakni terdapat pada QS. At-Tahrim ayat 9 yang berarti: …Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik.


3. Jihad melawan musuh yang menyerang

Jihad melawan musuh yang menyerang atau bisa dikatakan ketika dalam upaya memperjuangkan keberadaan umat Islam dikarenakan ancaman dari musuh merupakan suatu kewajiban dalam hal untuk membela agama Allah SWT. Agar tegaknya agama Islam dapat tercapai dan juga menunjukkan bahwa agama Allah SWT bukanlah agama yang lemah. Jihad dalam hal ini pernah dilakukan oleh Nabi dan juga para sahabat maupun generasi penerus sesudahnya yang ketika itu membela agama Allah SWT dari kekejaman Orang-orang Kafir Quraisy.



Cara Memahami Jihad 


1. Makna Jihad dalam konteks kekinian

Inspirasi dari hadits rasulullah tentang jihad besar yakni jihad melawan hawa nafsusendiri,ini menjadi pondasi sisi kemuliyaan seseorang jika sadar dan mampu melawan pengaruh negatif dalam diri untuk menuju pada kecerdasan individual setiap individu maka secara otomatis dapat mempengaruhi pola perkembangan kehidupan manusian modern.


2. Jihad rohani

Dalam pengertian perjuangan moral dan spiritual,jihad tanpa kekerasan dan bersenjata telah dengan sangat jelas dikemukakan dalam banyak ayat al-qur’an.perjuangan moral dan spiritual adalah perjuangan menegakkan keadilan,kebenaran dan kesalehan.semua tema ini terangkum dalam istilah yang sangat populer dan menjadi inti keseluruhan perjuangan dalam kehidupan orang-orang beriman. 


3. Jihad memerangi kebodohan dan kemiskinan

Berikut ini dikutip dari puisi taufil ismail,berjihad melawan hedonistik,jihad melawan rasa malu,jihad melawan pencuri pajak,jihad melawan pencuri bank centruty,jihad melawan para koruptor yang selalu berpikir kotor,jihad melawan pemerintah yang menghardik rakyatnya dan semua orang yang telah membuat kemiskinan dan kebodohan struktural khususnya di indonesia wajib diperangi sesuai tingkat kemampuan masing-masing.pemerintah harus ada militansi jihad untuk mempertahankan dari gangguan dan ancaman yang datang dari luar maupun dari dalam demi mrnjaga kemaslahatan umat dan penyerahan diri semata kepada Allah.

Tafsir tematik: Pendidikan, pembangunan karakter, dan pengembangan SDM

Tafsir tematik disebut juga tafsir al-maudhu’i. Menurut bahasa, al-maudhu’i berasal dari kata al-wudh’u yang dibentuk dari wadha’a-yadhi’u-wadhi’un-maudhu-un yang artinya menjadikan, meletakkan, atau menetapkan sesuatu pada tempatnya. Sementara itu menurut istilah, tafsir al-maudhu’i ialah tafsir dengan topik yang memiliki hubungan antara ayat yang satu dan ayat yang lain mengenai tauhid, Kehidupan sosial, atau ilmu pengetahuan. Keistimewaan tafsir metode tematik adalah menafsirkan ayat dengan ayat atau dengan hadis Nabi merupakan cara terbaik dalam menafsirkan Al-Qur'an, sementara itu kesimpulan yang diambil mudah dipahami tanpa mengemukakan berbagai pembahasan terperinci dalam satu disiplin ilmu. Tafsir tematik dapat diaplikasikan pada beberapa hal, contohnya adalah pendidikan, pembangunan karakter dan pengembangan Sumber Daya Alam.


A. Pendidikan dalam perspektif islam

Dalam pandangan Al Qur’an, sebuah transformasi baik ilmu maupun nilai secara substansial tidak dibedakan. Penggunaan-penggunaan istilah yang mengacu pada pengertian “pendidikan dan pengajaran” bukan merupakan dikotomik yang memisahkan kedua istilah tersebut, melainkan sebuah nilai harus menjadi dasar bagi segala aktifitas proses transformasi. Berdasarkan pada paradigma tersebut, maka jika ditelusuri secara mendalam, dalam Al-Qur’an terdapat beberapa istilah yang mengacu pada terminologi “pendidikan dan pengajaran”, diantaranya adalah tarbiyah, ta’lim, ta’dib dan tazkiyah.


B. Tujuan Pendidikan

Tujuan berarti arah atau sasaran yang ingin dicapai. tujuan pendidikan berarti sasaran yang ingin dicapai atau diraih setelah melalui proses pendidikan. Artinya, pendidikan yang merupakan suatu proses mempunyai target atau tujuan yang ingin dicapai, dimana tujuan tersebut melekat atau dimiliki oleh seseorang setelah melalui proses pendidikan.




Pembangunan karakter

Karakter merupakan suatu nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan, yang mewujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tatakrama, budaya, adat-istiadat dan estetika. Karakter dalam perspektif Islam tidak lain adalah akhlak. Akhlak mulia merupakan buah yang dihasilkan dari proses penerapan syariah (ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh fondasi aqidah yang kokoh. Ibarat bangunan, karakter atau akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah fondasi dan bangunannya kuat.




Pengembangan SDM

Sumber daya manusia merupakan kekuatan terbesar dalam pengolahan seluruh sumber daya yang ada di muka bumi. Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah di bumi untuk mengelolanya dan sumber daya yang ada di dalamnya demi kesejahteraan manusia sendiri, makhluk dan seluruh alam semesta, karena pada dasarnya seluruh ciptaan Allah yang ada di muka bumi ini sengaja diciptakan oleh Allah untuk kemaslahatan umat manusia. Al-Qur’an sendiri memberi concern khusus terhadap masalah sumber daya manusia, karena pada diri manusialah terdapat akal yang merupakan bagian dari eksistensi terpenting manusia. Tanpa adanya akal, manusia tidak berbeda dengan merupakan binatang. Dengan akal, manusia dapat berfikir yang dapat produksi pengetahuan, sehingga menjadikan manusia tahu. Dari pengetahuan itulah bangunan sains, teknologi dan sistem yang baik dapat memanaj sumber-sumber alam yang dikaruniakan Allah.

13 Des 2020

AL-QURAN DAN FAKTA ILMIAH

Fakta ilmiah adalah deskripsi akurat tentang apa yang teramati, atau pernyataan objektif yang dapat dikonfirmasikan kebenarannya tentang sesuatu yang benar-benar ada atau peristiwa yang benar-benar terjadi.Pada abad ke tujuh saat Al-Qur`an di turunkan, bangsa Arab memiliki beberapa kepercayaan tahayul dan tanpa didasari bukti terhadap hal-hal yang berbau ilmiah. Ketiadaan teknologi untuk meneliti tentang alam semesta, menyebabkan bangsa Arab kala itu mempercayai legenda-legenda dari nenek moyang mereka. Misalnya mereka percaya bahwa Bumi menopang langit yang berada diatasnya. Mereka yakin bahwa Bumi ini rata dan terdapat gunung-gunung tinggi yang berada di kedua tepinya. Waktu itu diyakini bahwa gunung-gunung tersebut merupakan tiang penyangga yang membuat kubah langit tetap berada diatas sana.

Namun demikian, semua kepercayaan tahayul bangsa Arab ini kemudian dihapuskan oleh Al-Qur`an. Dalam banyak hal lain fakta penting diungkapkan dimasa tak mungkin seorangpun mampu mengetahuinya. Al-Qur`an yang di turunkan dimasa manusia yang sedikit sekali mengetahui tentang Astronomi, fisika atau biologi, berisi fakta-fakta kunci tentang berbagai hal. Seperti penciptaan alam semesta, penciptaan manusia, struktur atmosfir dan keseimbangan sempurna yang memungkinkan adanya kehidupan di muka Bumi ini.


Fakta-fakta ilmiah yang telah diungkapkan oleh Al-Qur`an

1. Penciptaan alam semesta
Asal muasal alam semesta digambarkan di dalam Al-Qur`an pada ayat berikut;
“Dia pencipta langit dan bumi, bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu” (QS. Al-An`aam [6] ayat 101)
Keterangan yang diberikan oleh Al-Qur`an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmiah ilmu pengetahuan pada masa sekarang ini. Kesimpulan yang di dapatkan Astrofisika saat ini adalah, bahwa keseluruhan alam semesta beserta dimensi materi dan waktu muncul dan ada oleh hasil dari suatu ledakan raksasa yang terjadi dalam waktu sekejab. Peristiwa ini yang dikenal dengan Big Bang membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun yang lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai ledakan satu titik tunggal.
Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang adalah satu-satunya penjelasan masuk akal dan membuktikan tentang bagaimana asal muasal alam semesta tercipta dan menjadi ada. Sebelum Big Bang tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan dimana materi, energi bahkan waktu belumlah ada dan hanya mampu diartikan secara metafisika, terciptalah materi, energi dan waktu. Fakta ini yang baru saja ditemukan oleh ahli fisika modern, sesungguhnya telah diberitakan oleh Al-Qur`an 14 abad yang lalu.

2. Orbit
Tatkala merujuk pada matahari dan bulan di dalam Al-Qur`an, bahwa semua bergerak pada masing-masing garis orbit atau edar tertentu. “Dan Dia-lah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya” (QS. Al-Anbiyaa [21] ayat 33) Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam tetapi bergerak pada garis edar tertentu. “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui” (QS. Yaasiin [36] ayat 38) Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al-Qur`an ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomi di zaman kita sekarang. Menurut perhitungan para ahli astronomi bahwa Matahari bergerak dengan kecepatan luarbiasa yang mencapai 720.000 Km/jam kearah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solarafeks. Ini berarti Matahari bergerak sejauh ± 17.280.000 Km/hari. Bersama Matahari, semua planet dan satelit yang berada dalam sistem gravitasi Matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya semua bintang di alam semesta berada dalam satu gerakan serupa yang terencana.

3. Atap pelindung
Dalam Al-Qur`an, Allah SWT mengarahkan perhatian kita kepada sifat yang sangat menarik tentang langit.
“Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara[3], sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya” (QS. Al-Anbiyaa` [21] ayat 32) [3] Maksudnya: yang ada di langit itu sebagai atap dan yang dimaksud dengan terpelihara ialah segala yang berada di langit itu dijaga oleh Allah dengan peraturan dan hukum-hukum yang menyebabkan dapat berjalannya dengan teratur dan tertib.
Sifat langit ini telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah abad ke 20. Atmosfer yang melingkupi Bumi berperan sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan. Dengan menghancurkan sejumlah meteor, besar ataupun kecil ketika mereka mendekati Bumi, atmosfer mencegah mereka jatuh ke Bumi yang dapat membahayakan makhluk hidup.
Atmosfer juga menyaring sinar-sinar dari ruang angkasa yang membahayakan bagi kehidupan. Menariknya, atmosfir hanya membiarkan agar ditembus oleh sinar-sinar yang tak berbahaya dan berguna, seperti cahaya tampak, sinar Ultraviolet Tepi, dan gelombang radio. Semua radiasi ini sangatlah diperlukan bagi kehidupan. Sinar Ultraviolet Tepi yang sebagian kecil menembus atmosfir sangat penting bagi fotosintesis bagi tanaman dan bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup. Sebagian besar sinar ultraviolet kuat yang dipancarkan oleh Matahari, ditahan oleh lapisan Ozon atmosfir dan hanya sebagian kecil dan penting saja dari spectrum ultraviolet yang mencapai Bumi.
Fungsi dari pelindung atmosfer tidak berhenti sampai disini saja. Atmosfer juga melindungi Bumi dari suhu dingin membeku yang ada di luar angkasa. Yang mencapai suhu 270° C di bawah nol. Sehingga atmosfer melindungi Bumi dari bahaya.

4. Lapisan-lapisan atmosfer
Satu fakta tentang alam semesta sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur`an adalah bahwa langit terdiri dari tujuh lapis.
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah [2] ayat 29)
“Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui” (QS. Fushshilat [41] ayat 12)
Kata langit yang kerap muncul di banyak ayat Al-Qur`an, digunakan untuk mengacu pada langit Bumi (atmosfer) dan juga keseluruhan alam semesta. Dengan makna kata seperti ini, terlihat bahwa langit Bumi atau atmosfer terdiri dari tujuh lapisan. Saat ini, benar-benar diketahui bahwa atmosfir Bumi terdiri dari lapisan-lapisan yang berbeda yang saling bertumpukan. Lebih dari itu, persis yang telah disebutkan oleh Al-Qur`an bahwa atmosfer terdiri dari tujuh lapisan.
Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan-lapisan tersebut berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya. Lapisan Atmosfer,Troposfer,Stratosfer,Mesosfer, Termosfer,Inosfer,dan Eksosfer. Adalah sebuah keajaiban besar bahwa fakta-fakta ini, yang tak mungkin ditemukan tanpa teknologi canggih abad ke 20 namun secara jelas telah disebutkan oleh Al-Qur`an 1400 tahun yang lalu.

5. Fungsi gunung sebagai pasak
Al-Qur`an juga mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologi penting dari Bumi. “Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk” (QS. Al-Anbiyaa` [21] ayat 31) Sebagaimana terlihat dan dinyatakan pada ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan Bumi. Kenyataan ini tidaklah mungkin diketahui, dimasa ketika Al-Qur`an diturunkan. Nyatanya, hal ini baru terungkap sebagai hasil penelitian geologi modern. Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil dari pergerakan permukaan dan lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak Bumi. Kedua lempengan bertubrukan, lempengan yang lebih kuat menyelip dibawah lempengan satunya. Sementara yang diatas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak dibawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam kebawah. Ini berarti gunung-gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh kebawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan Bumi. Dalam tulisan ilmiah, struktur Bumi digambarkan sebagai berikut: “Pada bagian benua yang lebih tebal, seperti pada jajaran pegunungan, kerak Bumi akan terbenam lebih dalam kedalam lapisan magma” (Genaral Science. Carolyn Shoots, Robert Gerdner, Samuel F, Howe, Allyn and Bacon. Inc Newton Massachusetts. 1985. hal. 30) Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini diungkapkan dalam perumpamaan sebagai pasak. “Bukankah Kami telah menjadikan Bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?,” (QS. An-Naba` [78] ayat 6-7) Dengan kata lain, gunung-gunung mengenggam lempengan-lempengan kerak Bumi dengan memanjang keatas dan kebawah permukaan Bumi pada titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini mereka memancangkan kerak Bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing diatas cairan magma atau diantara lempengan-lempengannya. Seingkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu.
Fungsi pemancangan dari Bumi dijelaskan dalam tulisan ilmiah Isostasy. Yang memiliki makna: “Kesetimbangan dalam kerak Bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan dibawah permukaan akibat tekanan gravitasi” 

6. Lautan yang tidak bercampur satu sama lainnya
Salah satu dari sekian banyak sifat dari lautan yang baru-bari ini ditemukan adalah berkaitan dengan ayat Al-Qur`an sebagai berikut:
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing” (QS. Ar-Rahmaan [55] ayat 19-20)
Sifat lautan yang saling bertemu akan tetapi tidak bercampur antara satu sama lainnya ini telah temukan oleh para ahli kelautan. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan “Tegangan Permukaan” air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan massa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur antara satu sama lainnya. Seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka.
Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika manusia tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai fisika, tegangan permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal ini telah dinyatakan di dalam Al-Qur`an.

7. Sidik jari
“Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna” (QS. Al-Qiyamah [75] ayat 4)
Penekanan pada sidik jari memiliki makna yang sangat khusus. Ini dikarenakan sidik jari setiap orang adalah khas bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang hidup atau pernah hidup di dunia ini, memiliki serangkaian bentuk sidik jari yang unik dan berbeda dari orang lain. Itulah mengapa, sidik jari digunakan untuk kartu identitas yang sangat penting bagi pemiliknya dan digunakan untuk tujuan ini di seluruh penjuru dunia. Akan tetapi yang unik adalah bahwa keunikan yang terdapat pada sidik jari ini baru ditemukan di akhir abad ke 19. Sebelumnya, orang hanya menghargai bahwa sidik jari hanyalah sebuah lengkungan tanpa makna khusus. Namun dalam Al-Qur`an, Allah SWT merujuk pada sidik jari yang sedikitpun tidak menarik perhatian orang pada waktu itu, dan mengarahkan perhatian kita akan arti penting dari sidik jari yang baru mampu dipahami oleh para ahli di zaman sekarang.

8. Tiga tahapan janin dalam rahim
Dalam Al-Qur`an bahwa manusia dipaparkan melalui tiga tahapan di dalam rahim ibunya. “……, Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[5]. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?” (QS. Az-Zumar [39] ayat 6) [5] Tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim. Sebagaimana yang akan dipahami dalam ayat ini yang ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. 
Sungguh biologi modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat yang berbeda di dalam rahim ibu. Sekarang di semua buku embriologi yang digunakan dalam beberapa fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan dasar. Misalnya, dalam buku “Basic Human Embriologi” sebuah buku referensi utama dalam embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut; “Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan. Pre embrionik 2,5 minggu pertama, embrionik sampai akhir minggu ke delapan, dan janin dari minggu kedelapan sampai kelahiran.
Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi. Informasi yang terjadi mengenai janin dalam rahim ini baru didapatkan setelah serangkaian pengamatan dan menggunakan peralatan modern. Namun, sebagaimana fakta ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan dalam ayat-ayat Al-Qur`an dengan cara yang ajaib. Fakta yang sedemikian rinci dan akurat diberikan oleh Al-Qur`an pada saat orang memiliki sedikit sekali informasi di bidang kedokteran, merupakan bukti nyata bahwa Al-Qur`an bukanlah ucapan manusia, melainkan firman dari Allah SWT.


Keajaiban Al-Qur’an

1) Kemenangan kaum Muslim
Sisi keajaiban dari Al-Qur`an adalah ia memberitakan terlebih dahulu sebuah peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang. Ayat 27 dari surat Al-Fath [48] misalnya memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman bahwa kelak akan menguasai kota Mekkah yang pada saat itu adalah penyembah berhala.
“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat[6]” [6] Selang beberapa lama sebelum terjadi Perdamaian Hudaibiyah Nabi Muhammad SAW. bermimpi bahwa beliau bersama para sahabatnya memasuki kota Mekah dan Masjidil Haram dalam keadaan sebahagian mereka bercukur rambut dan sebahagian lagi bergunting. Nabi mengatakan bahwa mimpi beliau itu akan terjadi nanti. Kemudian berita ini tersiar di kalangan kaum muslim, orang-orang munafik, orang-orang Yahudi dan Nasrani. Setelah terjadi perdamaian Hudaibiyah dan kaum muslimin waktu itu tidak sampai memasuki Mekah maka orang-orang munafik memperolok-olokkan Nabi dan menyatakan bahwa mimpi Nabi yang dikatakan beliau pasti akan terjadi itu adalah bohong Maka turunlah ayat ini yang menyatakan bahwa mimpi Nabi itu pasti akan menjadi kenyataan di tahun yang akan datang. Dan sebelum itu dalam waktu yang dekat Nabi akan menaklukkan kota Khaibar. Andaikata pada tahun terjadinya Perdamaian Hudaibiyah itu kaum muslim memasuki kota Mekah, maka dikhawatirkan keselamatan orang-orang yang menyembunyikan imannya yang berada dalam kota Mekah waktu itu.

2) Kemenangan Bizantium
Penggalan berita lain yang berhubungan dengan masa depan di dalam Al-Qur`an ditemukan dalam ayat pertama surat Ar-Ruum [30] yang merujuk pada kekaisaran Bizantium wilayah timur kekaisaran Romawi. Dalam ayat ini disebutkan bahwa kekaisaran Bizantium telah mengalami kekalahan besar tetapi akan kembali mendapatkan kemenangan.
“Telah dikalahkan bangsa Rumawi[7], di negeri yang terdekat/terendah[8] dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang[9], dalam beberapa tahun lagi[10]. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,” (QS. Ar-Ruum [30] ayat 2-4) Bangsa Rumawi adalah satu bangsa yang beragama Nasrani yang mempunyai Kitab Suci sedang Bangsa Persia adalah beragama Majusi, menyembah api dan berhala (musyrik). Kedua bangsa itu saling perang memerangi. Ketika tersiar berita kekalahan bangsa Rumawi oleh bangsa Persia, maka kaum musyrik Mekah menyambutnya dengan gembira karena berpihak kepada orang musyrikin Persia. Sedang kaum muslimin berduka cita karenanya. Kemudian turunlah ayat ini dan ayat yang berikutnya menerangkan bahwa bangsa Rumawi sesudah kalah itu akan mendapat kemenangan dalam masa beberapa tahun saja. Hal itu benar-benar terjadi. Beberapa tahun sesudah itu menanglah bangsa Rumawi dan kalahlah bangsa Persia. Dengan kejadian yang demikian nyatalah kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. sebagai Nabi dan Rasul dan kebenaran Al Quran sebagai firman Allah. Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi. Hampir tujuh tahun dari kekalahan hebat Bizantium kristen di tangan bangsa Persia. Ketika itu Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa bangsa Romawi dalam waktu dekat akan menang. Padahal Bizantium pada waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat sehingga tampak mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali

3) Informasi mengenai tempat terendah di muka Bumi
Keajaiban lain yang diungkapkan dalam ayat ini adalah pengumuman fakta geografis yang tak dapat ditemukan oleh orang pada masa itu. Dalam ayat ketiga surat Ar-Ruum [30] memberitakan bahwa bangsa Romawi telah dikalahkan di tempat yang paling rendah dari Bumi ini. Ungkapan “Adna al ard” diartikan sebagai tempat yang dekat dalam banyak terjemahan. Namun ini bukanlah makna harfiah dari kalimat tersebut. Tetapi lebih berupa sebuah penafsiran atasnya. Kata “Adna” dalam bahasa Arab diambi dari kata “Dani” yang berarti rendah. Dan “Ardh” yang berarti Bumi. Karena itu, ungkapan “Adna al Ard” berarti tempat paling rendah di Bumi. Yang paling menarik, tahap-tahap peperangan antara kekaisaran Bizantium dan Persia ketika Bizantium dikalahkan dan kehilangan Yerusalem, benar-benar terjadi pada titik terendah di Bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini adalah cekungan Laut Mati. Yang terletak di titik pertemuan wilayah yang dimiliki oleh Syria, Palestina dan Yordania.
Laut Mati terletak 396 meter dibawah permukaan laut sehingga menjadikannya sebagai tempat terendah di Bumi. Ini berarti Bizantium dikalahkan oleh bangsa Persia ditempat yang terendah di Bumi. Persis seperti yang disebutkan di dalam Al-Qur`an.
Hal menarik dari fakta ini adalah bahwa ketinggian Laut Mati yang mampu diukur dengan teknik pengukuran modern, sebelumnya menjadi mustahil untuk seseorang dapat mengetahui bahwa wilayah ini adalah tempat terendah di Bumi. Namun, dalam Al-Qur`an tempat ini dinyatakan sebagai tempat yang terendah di Bumi. Demikianlah, ini membuktikan lagi bahwa Al-Qur`an adalah wahyu Illahi.

7 Des 2020

ILMU DINIYAH, ILMU LUGHAWIYAH, DAN ILMU UMUM

ILMU DINIYAH

Ilmu Agama (diniyah)
Adalah ilmu seputar dasar-dasar keimanan, Rukun Iman, Rukun Islam, tata-cara ibadah, hukum halal-haram, akhlak, ilmu Al Qur’an, ilmu Hadits, serta kaidah-kaidah ilmiah


Cabang-cabang Ilmu Diniyah

• Rukun Iman :
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada Malaikat
3. Iman kepada kitab-kitab Allah
4. Iman kepada Rasul
5. Iman kepada hari akhir (Kiamat)
6. Iman kepada Qada dan Qadar (Takdir) 

• Rukun Islam :
1. Mengucapkan kalimat syahadat
2. Sholat
3. Puasa 
4. Zakat
5. Haji (bagi yang mampu)

• Hukum Halal dan Haram :
-Halal berarti membebaskan, melepaskan, memecahkan dan membolehkan.
-Haram ialah sesuatu yang “dilarang”.


ILMU LUGHAWIYAH

Ilmu kebahasaan ( lughawiyah )
Secara etimologi berarti memahami bahasa, mengertinya, dan mengetahui hakekat/seluk beluknya.
Secara terminologi adalah ilmu yang mendalami kajian-kajian bahasa, dari segi fonnya, kosa katanya, strukturnya, karakteristik fonnya, morfologinya, sintaksisnya, semantiknya dan perubahan-perubahan lain, dan sesuatu yang timbul dari lahja, problem-problem yang muncul disekitar bahasa dan lain sebagainya.


MACAM-MACAM KAIDAH LUGHAWIYAH

• ‘AM
Secara bahasa ‘am artinya umum, merata, dan menyeluruh. Secara istilah ‘am, sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Hamid ialah:

العَامُ هُوَالَّلفْظُ الْمُسْتَغْرِقُ لِجَمِيْعِ مَا يَصْلُحُ لَهُ بِحَسْبِ وَضْعٍ وَاحدٍ دَفْعَةً

Artinya; “ ‘Am adalah lafadz yang menunjukkan pengertian umum yang mencangkup satuan-satuan (afrad) yang ada dalam lafadz itu tanpa pembatasan jumlah tertentu.”

Contohnya kataالإنسان artinya manusia (mencangkup segala jenis manusia).

• KHAS 
Secara bahasa khas artinya tertentu. 
Secara istilah ushul fiqh adalah lafadz yang menunjukkan arti satu yang telah tertentu.



CABANG ILMU UMUM


Astronomi

Ilmu falak atau astronomi adalah ilmu yang mempelajari mengenai perubahan waktu, hari, bulan dan tahun yang berpaku pada peredaran tata surya terutama bulan, memiliki peranan dan fungsi, seperti matahari yang sangat vital dalam Islam yang dijadikan sebagai dasar dan acuan menentukan waktu pelaksanaan sejumlah ibadah penting diantaranya perintah shalat, puasa dan haji.


Perkembangan Astronomi pada masa Nabi dan Sahabat 

• Kajian tentang astronomi Islam mencapai masa kejayaan dan keemasan di masa Khalifah Harun al-Rasyid dan anaknya Al- Ma’mun. Pada masa pemerintahan Al-Rasyid dan Al-Ma’mun, Islam mencapai puncak prestasi dalam bidang peradaban.
• Tahun 813-833 M, Khalifah Al-Ma’mun memerintahkan penerjemahan berbagai buku tentang astronomi yang berbahasa Persia, India, dan Yunani ke dalam bahasa Arab. Di masa Al- Ma’mun muncul para ahli astronomi yang terkenal, seperti Habasyi Al-Hasib, Al-Marwazi dan Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak Al-Kindi
• Di Abad Pertengahan pengembangan ilmu falak/astronomi bukan hanya berkembang di Asia Barat, Eropa Selatan, dan Afrika Utara yang berada dalam wilayah kekuasaan Muslim, tetapi juga di Asia Tengah dan Asia Timur. Astronomastronom yang terkenal di wilayah ini adalah Al-Kharaki, Al-Qazwini, dan Zakaria bin Muhammad bin Mahmud Abu Yahya (1200-1282)
• Zaman kegemilangan astronomi berakhir dalam kurun abad ke-12. Buku-buku hasil karya ilmuwan muslim sedikit demi sedikit telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, terutamanya di Toledo, Spanyol. Hasil terjemahan tersebut kemudian disebarluaskan di seluruh kawasan benua Eropa. Melalui terjemahan tersebutlah tokoh-tokoh intelektual Eropa, di penghujung zaman pertengahan, mengkaji semula teori Ptolemeus dan mempelajari perkembangan astronomi hasil sumbangan dunia Islam.


Kedokteran

Ilmu kedokteran adalah ilmu yang mempelajari tentang penyakit dan cara-cara penyembuhannya

• Bukti bahwa Islam mengajarkan ilmukedokteran
 Dari beberapa penelitian modern, diketahui bahwa madu memiliki nilai gizi yang baik untuk kesehatan. Khasiat madu sangat berkaitan dengan kandungan gulanya yang tinggi, yakni fruktosa, glukosa,dan sukrosa. Sementara kandungan asam aminonya cukup beragam, baik asam amino essensial maupun non essensial, dan unsur kandungan lainnya, seperti enzim pencernaan, vitamin yang terdapat dalam madu yang beragam yakni vitamin B1, B2, B3, B6, dan vitamin C. Di samping itu, mineral yang terdapat dalam madu juga merupakan sumber ideal bagi tubuh manusia karena proporsi dan jumlah mineral madu mendekati kadar mineral yang dalam darah manusia. Diketahui pula, madu mengandung zat antibiotik dan dapat digunakan sebagai desinfektan ringan. Ulasan tersebut ternyata sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. An-Nahl: 69. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa madu adalah minuman yang mengandung berbacam-macam obat. Padahal sebagaimana diketahui Al-Qur’an lebih dahulu ada dari pada hasil penelitian seperti yang telah diulas di atas.

• Dalam dunia kedokteran dikenal tokoh-tokoh besar seperti Avicena (Ibnu Sina), Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis, dan Ibn-Maimon. Mereka adalah sebagian dari dokter-dokter muslim yang berhasil membawa kedokteran Islam lebih dikenal dunia. Karya Ibnu Sina yang berjudul Qanun Fi Al-Tibb atau Canon of Medicine menjadi ensiklopedia kesehatan dan kedokteran yang berisi satu juta kata. Sampai saat ini, kitab itu masih tersimpan di Oxford University Eropa. Al- Kulliyat fi Al-Tibb’ (Colliyet)—karya Ibnu Rushd—merupakan rangkuman ilmu kedokteran. Sementara buku lainnyaa, ‘Al-Taisir’, mengupas praktik-praktik kedokteran.


Sejarah Kedokteran Islam

Pada abad 9 M, Hunayn bin Ishaq menerjemahkan sebagian besar karya kedokteran Yunani, Persia dan India ke bahasa Arab dan mengembangkannya lebih lanjut di hampir semua bidang kedokteran seperti anestesi, anatomi, immunologi, psikologi, bedah, opthalmologi, perinatologi, farmakologi, dll

Ishaq bin Ali Rahawi menulis kitab Adab al Tabib, yang ditujukan untuk kode etik kedokteran. Al Kindi menunjukkan aplikasi matematika untuk kuantifikasi di bidang kedokteran, misalnya untuk mengukur derajat penyakit (sejenis termometer), mengukur kekuatan obat hingga dapat menafsirkan saat kritis pasien. Pada Abad 10, Ar Razi memulai eksperimen terkontrol dan observasi klinis, serta menolak beberapa metode Galen dan Aristoteles. Ar Razi meletakkan dasar-dasar mengenai penyakit dari analisis urin. Sedangkan Ibnu Sina sudah dianggap bapak kedokteran modern. Salah satu karyanya yang terkenal dan juga mampu merangkum segala kemajuan ilmu kedokteran pada saat itu adalah Qonun fit Thib (The Canon of Medicine).

Abu Al-Qosim Al-Zahwari dianggap sebagai bapak ilmu bedah modern. Ibnu An-Nafis adalah bapak fisiologi peredaran darah yang merupakan perintis bedah manusia. Pada tahun 1242, beliau telah mampu menjelaskan secara detail sirkulasi peredaran darah jantung-paru-paru. Sementara Barat menemukan hal yang serupa pada tahun 1628.


Matematika 

• Al-Quran menjelaskan tentang pengembangan konsep-konsep matematika
• Al-Quran membahas tentang penjumlahan
• Al-Quran membahas tentang pengurangan
• Al-Quran membahas tentang kali lipat
• Al-Quran membahas tentang bilangan genap dan bilangan ganjil
• Al-Quran membahas tentang bilangan pecahan


Tokoh islam yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan matematika :

• Al Khwarizmi, Bapak aljabar modern. Nama aslinya adalah Muhammad Ibn Musa Al Khwarizmi. Ia berasal dari Khwarizm (Khiva). Buku tulisan karya Al Khwarizmi bernama Hisab Al Jabir Wal Mukabalah (yang berarti pengutuhan kembali dan perbandingan atau yang kerennya dalam istilah sekarang Kalkulasi integral & persamaan).
• Abu Wafa al Bawzajani (w. 998 M), Dikenal sebagai ahli astronomi dan pengembang trigonometri (ilmu ukur sudut), dan orang yang pertama yang mengajukan beberapa rumus penting dalam trigonometri. Salah satu rumus yang didedikasikan kepadanya adalah Cos C= Cos a.cos b.
• Abu Kamil Syuja (abad 10 M), Melalui Leonard dari Pisa dan pengikut-pengikutnya, ia telah memberi pengaruh besar terhadap perkembangan aljabar dan geometri di Eropa.
• Al Khuyandi ( w. 390 H/ 1000 M), Dikenal sebagai ahli kontruksi asturlab. Teori matematika Al Khuyandi mengilhami teori Fermat (Fermat’s last theorm) yang dilontarkan Piere de Fermat pakar matematika asal perancis 600 tahun kemudian (w. 1665 M), suatu teori yang berupa teka-teki matematika yang pernah dilombakan dengan hadiah ratusan juta bagi yang sanggup membuktikannya.

29 Nov 2020

TAFSIR , TA'WIL DAN TERJAMAH

PENGERTIAN


• Tafsir di ambil dari kata Fassara - yufasiru-tafsiran yang artinya keterangan atau uraian.
Tafsir adalah suatu usaha tanggapan, penalaran, dan ijtihad manusia untuk menyikapi nilai-nilai samawi yang terdapat didalam Al-Qur’an.

• Ta’wil adalah menerangkan, menjelaskan. Kata Ta’wil di ambil dari kata awwala-yu’awilu-ta’wilan.
Takwil adalah suatu usaha untuk memahami lafazh-lafazh (ayat-ayat) Al-Qur’an melalui pendekatan memahami arti atau maksud sebagai kandungan dari lafazh itu.

• Terjamah adalah salinan dari suatu bahasa ke bahasa yang lain atau menyalin, mengganti, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa yang lain.
Terjamah adalah memindahkan bahasa Al-Qur’an ke bahasa lain yang bukan Bahasa Arab dan mencetak terjemah ini kebeberapa naskah agar dibaca orang yang tidak mengerti bahasa ‘Arab, sehingga dapat memahami kitab Allah SWT, dengan perantaraan terjemahan.




Perbedaan Tafsir dan Ta'wil


TAFSIR

- Lebih umum dan lebih banyak di gunakan untuk Lafazh dan kosakata dalam kitab-kitab yang di turunkan Allah dan kitab-kitab lainnya.
- Menerangkan makna lafazh yang tak menerima selain dari satu arti.
- Menetapkan Apa yang di kehendaki ayat dan menetapkan seperti yang di kehendaki Allah.
- Menerangkan lafazh, baik berupa hakikat atau majas.


TA'WIL

- Lebih banyak dipergunakan makna dan kalimat dalam kitab-kitab yang di turunkan Allah saja.
- Menetapkan makna yang di kehendaki suatu lafazh yang dapat menerima banyak makna karena di dukung oleh dalil.
- Menyelesaikan Salah satu makna yang mungkin di terima suatu ayat tanpa meyakinkan bahwa itu yang dikehendaki Allah.
- Menafsirkan batin lafazh.



Macam-Macam Tafsir Berdasarkan Sumber-Sumbernya


Tafsir bi Al-Ma'tsur

Tafsir bi al-Ma'tsur (disebut pula bi ar-Riwayah dan an-naql) adalah penafsiran Al-Qur'an yang berdasarkan penafsiran Al-Qur'an itu sendiri, penjelasan Nabi, penjelasan para sahabat melalui ijtihadnya, dan pendapat (aqwal) tabi'in.


Tafsir bi Ar-Ra'yi

Tafsir bi ar-ra'yi (disebut juga tafsir ad-dirayah)-sebagaimana didefenisikan adz-Dzahabi- adalah tafsir yang penjelasannya diambil berdasarkan ijtihad dan pemikiran mufassir setelah mengetahui bahasa Arab dan metodenya, dalil hukumyang ditunjukkan, serta problema penafsiran, seperti asbab nuzul, dan nasikh mansukh.



Macam-Macam Tafsir Berdasarkan Metodenya

• Metode TAHLILI berarti menjelaskan ayat-ayat al-Qur'an dengan meneliti aspeknya dan menyingkap seluruh maksudnya, mulai dari uraian makna kosa kata, makna kalimat, maksud setiap ungkapan, kaitan antar pemisah (munasabah) dengan bantuan asbab nuzul, riwayat-riwayat yang berasal dari Nabi Saw., sahabat, dan tabi'in
• Metode IJIMALI yaitu menafsirkan Al-Qur‟an secara global. Dengan metode ini, mufassir berupaya menjelaskan makna-makan Al-Qur‟an dengan uraian singkat dan bahwa yang mudah sehingga dipahami oleh semua orang, mulai dari orang yang berpengetahuan sekedarnya sampai orang yang berpengetahuan luas.

• Metode MUQORIN (perbandingan/komparasi) adalah membandingkan ayat-ayat Al-Qur‟an yang berbicara tentang tema tertentu, atau membandingkan ayat-ayat Al-Qur‟an dengan hadits-hadits Nabi, termasuk hadits-hadits yang maknanya tekstual tampak kontradiktif dengan Al-Qur‟an atau mambandingkan Al-Qur‟an dengan kajian-kajian lainnya.

• Metode MAUDHU'I (tematik) sebagaimana diutarakan oleh Syaikh Syaltut, merupakan sebuah metode yang dapat mengantarkan manusia pada macam-macam petunjuk Al-Qur‟an. Harus diketahui oleh siapa saja bahwa tema-tema Al-Qur‟an bukanlah teori semata-mata yang tidak menyentuh persoalan-persoalan manusia.



SYARAT MUFASSIR

- Tidak dengan hawa nafsu semata karena dengan hawa nafsu seseorang akan memenangkan pendapatnya sendiri tanpa melihat dalil yang ada.
- Mengikuti urut-urutan dalam menafsirkan Al-Qur‟an seperti penafsiran dengan Al-Qur‟an kemudian As-Sunnah, perkataan para sahabat dan perkataan para tabi'in
- Paham bahasa Arab dan perangkat-perangkatnya karena Al-Qur'an turun dengan bahasa Arab.
- Beraqidah shahihah karena aqidah sangat pengaruh dalam menafsirkan Al-Qur'an
- Memiliki pemahaman yang mendalam agar bias mentarjih (mengarahkan) suatu makna atau mengistimbat suatu hukum sesuai dengan nususu syari'ah.
- Paham dengan pokok-pokok ilmu yang ada hubungannya dengan Al-Qur‟an seperti ilmu nahwu (grammar), al-isytiqoq al-ma’ani, al-bayan, ilmu qiroat , aqidah shahihah, ushul fiqh, asbabun nuzul, DLL



ADAB MUFASSIR

1. Niatnya harus bagus hanya untuk mencari keridhaan Allah semata karena seluruh amalan tergantung dari niatnya.
2. Berakhlak mulia agar ilmunya bermanfaat dan dapat dicontoh oleh orang lain.
3. Mengamalkan ilmunya karena dengan merealisasikan apa yang dimilikinya akan mendapatkan peneriman yang lebih baik.
4. Hati-hati dalam menukil sesuatu tidak menulis atau berbicara kecuali setelah menelitinya terlebih dahulu kebenarannya
5. Berani dalam menyuarakan kebenaran dimana dan kapanpun dia berada
6. Tenang dan tidak tergesa-gesa terhadap sesuatu. Baik dalam penulisan maupun dalam penyampaian, dengan menggunakan metode yang sistematis dalam menafsirkan suatu ayat.



PERANGKAT MUFASSIR

1. Ilmu bahasa Arab, termasuk didalamnya ilmu Balaghah. Ilmu ini mutlak harus dimiliki oleh mufassir, karena al-Qur’an memakai bahasa Arab.
2. Ulu'm al-Qur’an: asbab al-nuzul, munasabah dan sejenisnya, termasuk ilmu al-Qira’at. Ilmu ini pun mutlak harus dikuasai mufassir.
3. lmu kalam. Terkait ayat-ayat yang membahas tentang teologi, seorang mufassir haruslah menguasai ilmu ini.
4. Ilmu Hadis. Al-Qur’an penjelasnya adalah hadis. Perkara yang global dalam al-Qur’an dirinci dalam hadis.
5. Ilmu al-Muhibah

22 Nov 2020

NASIKH WAL MANSUKH

Makna kata “Nasakh” menurut bahasa :
1. Menghapus atau meniadakan (al-izaalah wal i’daam), yakni menghapus sesuatu atau menghilangkannya.
2. Memindahkan sesuatu yang tatap sama (at-tahwillu ma’a baqaa ‘ihi fi nafsihi), yakni memindahkan suatu barang dari suatu tempat ketempat lain.
3. Menyalin atau mengutip (an-naqlu min kitaabin ilaa kitaabin), yakni menyalin atau mengutip tulisan dari suatu buku ke buku yag lain.
4. Mengubah dan membatalkan dengan menempatkan sesuatu yang lain sebagai gantinya (at-taghyiru wal ibthaal wa iqaamatisyi sya’i maqaamahu), yakni mengubah suatu ketentuan hukum dengan cara membatalkan ketentuan hukum yang ada.

Makna kata “Nasakh“ menurut istilah :
1. Nasakh secara umum, yaitu membatallkan hukum yang diperoleh dari nash ( ketentuan dalil ) yang pertama, dibatalkan dengan ketentuan nashnyang dating kemudian.
2. Nasakh secara singkat, yaitu menghapuskan hukum syara’ dengan adanya memakai dalil syara’ juga. 
3. Nasakh secara lengkap, yaitu menghapuskan hukum syara’ dengan memakai dalil syara’ dengan adanya tenggang waktu , dengan catatan kalau sekiranya tidak ada nasakh itu tentulah hukum yang pertama itu akan tetap berlaku.
4. Mengangkatkan hukum syara’ dengan perintah atau kitab Allah yang dating kemudian dari padanya.


HIKMAH NASAKH 

Hikmah nasakh secara umum
• Memelihara kemaslahatan hamba.
• Mengembangkan perkembangan tasyri’ itu kepada tingkat yang sempuna dengan menunjang perkembangan dakwah dan melihat perkembangan keadaan orang banyak.
• Mencoba mukallaf dan melakukan percobaan-percobaan dengan mengikuti perintah dan meniadakannya.
• Menanamkan kemauan yang lebih baik kepada umat dan memudahkannya.
• Untuk menunjukkan bahwa syariat agama islam adalah syariat yang paling sempurna.

Hikmah nasakh tanpa pengganti 
• Hikmah dalam nasakh seperti ini ialah untuk menjaga kemaslahatan manusia.

Hikmah nasakh dengan ganti seimbang

Hikmah nasakh dengan pengganti yang lebih berat 
• Hikmah dalam nasakh ini ialah untuk menambah kebaikan dan pahala.

Hikmah nasakh dengan pengganti yang lebih ringan 
• Hikmah dalam nasakh ini ialah untuk memberi dispensasi kepada umat manusia agar mereka bisa mengenyam kemurahan Allah SWT.


PENDAPAT ULAMA’ TERHADAP NASIKH WAL MANSUKH AL-QUR’AN

Adapun pengertian al-nask menurut peristilahan (terminologi )sayara’ dapat dijelaskan dengan berbagai pengrtian . namun demikian, para ulama memberikan pengertian yang hampir sama bahwa al-nask adalah “ merubah hukum syara’ dengan dalil yang datang kemudian “( abu Zahra , 1958:185; al-syaukani, t.th: 184;al-zarqani,t.th,11:72; al-qaththan, 1973:232). Nasikh harus datang sesudah manshuk, tidak boleh mendahului ataupun berbarengan turunnya.

Adapun takhshish para ulama’ Hanafi mensyaratkan akan kebersamaan yang khash dan yang’am dalam masalah turunya.

Menurut ijma’ kaum meslimin dan jumhur ulama, masalah nasakh secara akal bisa terjadi dan secara sam’I telah terjadi.

Menurut kaum Nasrani ( sekarang ) masalah nasakh tidak mungkin terjadi menurut akal ataupun menurut pandangan.

Menurut pendirian golongan inaniyah dari kaum yahudi dan pemdiri pendirian abu muslim al-asfihani , masalah nasakh menurut akal itu mungkin terjadi tetapi menurut syara’ dilarang.


CARA MENENTUKAN NASAKH

Ada kesempatan tegas atau pentransimisian yang jelas dari nabi s.a.w ayau sahabat seperti dalam redaksi hadist : (kuntu nahaitukum’an ziyartil qubuur alaa fazuuruuhaa) dan seperti ucapan anas bin malik dalam kisah ashab bi’r ma’unah (nazala fihim quran qara’naahu hataa rufi’a)

Konsesus (ijma’) umat bahwa ayat ini nasikh dan ayat itu Mansukh

Mengetahui mana yang lebih dahulu dan mana yang belakangan berdasarkan histori. Histori ayat dapat diketahui dari keterangan sahabat, yang bukan ijtihad sahabt itu sendiri . misalkan sahabat itu mengatakan “ ayat ini turun pada tanggal, bulan atau tahun sekian, sedangkan ayat ini turun pada tanggal , bulan atau tahun sekian , jadi ayat ini lebih kemudian dari ayat itu.


TEMPAT NASAKH

Teori Nasikh Mansukh termauk dalam lingkup kajian ilmu ushul fiqh dan ulumul al-Qur’an. Dua bidang ilmu ini sama-sama membicarakan teori Nasikh Mansukh. Dalam bidang ushul fiqh, kajian teori tentang Nasikh Mansukh menduduki posisi bahasan yang cukup penting karena dalam bidang ilmu inilah dijelaskan hukum apa yang masih berlaku dan hukum mana yang telah dicabut pemberlakuan hukumnya atau dibatalkan ketetapan hukumnya. Ulumul al-Qur’an menjelaskan semua seluk beluk al-Qur’an sedangkan ushul fiqh menjelaskan seluk beluk metode penarikan (istinbath) hukum dari satu dalil hukum. Hukum kedua ilmu ini memang tidak dapat dipisahkan.


PEMBAGIAN NASAKH

Pertama , nasakh al-quran dengan al-quran . bagian ini disepakati kebolehanya dan telah terjadi dalam pandangan mereka yang mengtatakan adanya nasakh . misalnya ayat tentang ‘idah empat bulan sepuluh hari ‘ sebgaimana akan dijelaskan contohnya .

Kedua, naskh al-Qur’an dengan Sunnah. Naskh ini ada dua macam:

Naskh al-Qur’an dengan hadits ahad. Jumhur berpendapat, al- Qur’an tidak boleh dinasakh oleh hadits ahad, sebab al-Qur’an adalah mutawatir dan menunjukkan yakin, sedang hadits ahad adalah dhanni, bersifat dugaan, disamping tidak sah pula menghapuskan sesuatu yang ma’lum [jelas diketahui] dengan yang madhnun [diduga].

Naskh al-Qur’an dengan hadits mutawatir. Naskh demikian dibolehkan oleh Malik, Abu Hanifah dan Ahmad dalam satu riwayat, sebab masing-masing keduanya adalah wahyu. 
 
Naskh sunnah dengan al-Qur’an. Ini dibolehkan oleh jumhur. Sebagai contoh ialah masalah menghadap ke Baitul Maqdis yang ditetapkan dengan sunnah dan di dalam al-Qur’an tidak terdapat dalil yang menunjukkannya . Tetapi naskh versi ini pun ditolak oleh Syafi’i dalam suatu riwayat. Menurutnya, apa saja yang ditetapkan sunnah tentu didukung oleh al-Qur’an. Dan apa saja yang ditetapkan al-Qur’an tentu didukung pula oleh sunnah. Hal ini karena antara Kitab dengan sunnah harus senantiasa sejalan dan tidak bertentangan.
 
Naskh sunnah dengan sunnah. Dalam kategori ini terdapat empat bentuk:
     1. Naskh mutawatir dengan mutawatir
     2. Naskh ahad dengan ahad
     3. Naskh ahad dengan mutawatir
     4. Naskh mutawatir dengan ahad.

Tiga bentuk pertama dibolehkan, sedang pada bentuk keempat terjadi perbedaan pendapat seperti halnya naskh al-Qur’an dengan hadits ahad, yang tidak dibolehkan oleh jumhur.

Adapun naskh ijma’ dengan ijma’ dan qiyas dengan qiyas atau menasakh dengan keduanya, maka pendapat yang shahih tidak membolehkannya.


NASAKH BERPENGGANTI DAN TIDAK

Nasakh terbagi menjadi nasakh dengan pengganti dan nasakh tanpa pengganti. Bagian yang pertama seperti menasakh menghadap Baitul Maqdis dengan menghadap Ka’bah. Bagian kedua seperti firman Allah SWT “ apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul, hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (pada fakir-miskin) sebelum melakukan pembicaraan itu” (QS al-Mujadalah : 12). Terbagi juga dalam nasakh yang penggantinya lebih berat , seperti menasakh bolehnya memilih antara puasa Ramadhan dan membayar fidyah, menjadi ditentukan puasa saja. Allah SWT berfirman : “Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah”.. sampai firman Allah SWT “Barang siapa diantara kamu hadir dibulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu”. Dan nasakh yang penggantinya lebih ringan , seperti dinasakhnya firman Allah SWT “ jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahakan dua ratus orang musuh”


Nasakh terbagi menjadi 2 : 

Nasakh tanpa pengganti, contoh: QS al-Mujadalah ayat 12.

Nasakh berpengganti ada 3, yaitu :

1. Penggantinya lebih berat, contoh seperti diatas (menasakh bolehnya memilih antara puasa ramadhan dan membayar fidyah).
2. Penggantinya lebih ringan, contoh ayat tentang mushabarah (sabar dalam perang) diatas.
3. Pengganti yang menyamai, contoh dinasakh menghadap Baitul Maqdis yang ditetapkan berdasarkan sunnah fi’liyah (perbuatan) dalam hadits shahih bukhari muslim dengan menghadap masjidil haram.

15 Nov 2020

MUNASABAH

Munasabah secara bahasa berarti kedekatan/ kesesuaian. Sisi korelasi antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat, antara satu ayat dengan ayat-ayat lain, atau antara satu surat dengan surat yang lain. Secara bahasa, munâsabah berasal dari bahasa Arab yang mengandung pengertian “kesesuaian”, “kedekatan”, hubungan atau “korelasi”.

ILMU MUNASABAH DAN PANDANGAN PARA ULAMA 

Para ulama menjelaskan bahwa pengetahuan tentang munasabah bersifat ijtihad. Artinya, pengetahuan tentang ditetapkan berdasarkan ijtihad karena tidak ditemukan riwayat, baik dari Nabi maupun para sahabat. Tidak ada keharusan mencari munasabah pada setiap ayat. Alasannya, Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur mengikuti berbagai kejadian dan peristiwa yang ada. Oleh karena itu, terkadang seorang mufasir menemukan keterkaitan suatu ayat dengan yang lainnya dan terkadang tidak.Ketika tidak menemukan keterkaitan itu, ia tidak diperkenankan memaksakan diri. Di antara ulama dari zaman klasik sampai zaman pramodern banyak perbedaan pendapat terhadap unsur munasabah dalam Al-Qur’an, yang merupakan salah satu cabang Ilmu Al-Qur’an. Banyak di antara mereka yang sependapat terhadap Ilmu Munasabah, walaupun disisi lain ada beberapa ulama yang bertentangan. Di antara ulama yang bertentangan antara lain; Mahmud Syaltut (1963), Ma’ruf Dualibi, dan Imam Asy-Syaukani (1834 M), Asy-Syathibi (790 H/1388M).

Sedangkan ulama yang peduli dan setuju terhadap unsur Munasabah dalam Al-Qur’an antara lain:

1. Al-Thabari (w. 310 H). 
2. Abu Bakar Al-Naisaburi (w. 324 H). 
3. Al-Razi (w. 606 H). 
4. Al-Harrali Abu Al-Hasan (w. 637 H). 
5. Al-Gharnathi, Ahmad bin Ibrahim Al-Zubair, Abu Ja’far (w. 708 H) dalam kitab Al-Burhan fi Munasabat Tartib Al-Suwar Al-Qur’an. 
6. Al-Biqa’i (w. 885 H) dalam kitab Nazhm Al-Durar fi Tanasub Al-Ayat wa Al-Suwar yang diringkas dalam kitab Dilalah Al-Burhan Al-Qawim Ala Tanasub Al-Qur’an Al-Azhim.
7. Al-Suyuthi (w. 911 H) dalam kitab Tanasuq Al-Darur fi Tanasub Al-Suwar yang diringkas dalam kitab Asrar Al-Tanziil dan kitabnya yang lain adalah Marashid Al-Mathali fi Tanasub Al-Maqashid wa Al-Mathali’.
8. Syekh Sajaqli Zadah Al-Mursyi (w. 115 H), pengarang kitab Nahr Al-Najat fi Bayan Munasabat Umm Al-Kitab.

FUNGSI DAN FAEDAH ILMU MUNASABAH

Ilmu munasabah sebagai ilmu yang baik ('ilmu hasan), ilmu yang mulia ('ilmu syarif), dan ilmu yang agung ('ilmu 'azhimun). Ilmu munasabah dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui kualitas kecerdasan seorang mufassir. Faedah ilmu munasabah :

1. Mengetahui persambungan atau hubungan antara bagian Al-Qur’an, baik antara kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan yang lain
2. Dapat diketahui mutu dan tingkat kebalaghahan bahasa Al-Qur’an dan konteks kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lain.
3. Membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an

SEGI-SEGI MUNASABAH DAN PERTALIAN ANTAR AYAT DAN SURAT

a. Segi sifat
•ظـاهـرالإرتــبــــاط (persesuaian yang nyata). 
••الإرتــبــــاط خــفـي (Persesuaian yang tidak jelas).

b. Segi Materi 
• Munasabah antar ayat.
• Munasabah antar surat.

MUNASABAH ANTAR NAMA SURAT DARI SURAT AWAL HINGGA SURAT AKHIR DALAM AL-QUR'AN

1. Munasabah antara surat dengan surat sebelumnya
2. Munasabah antar nama surat dan tujuan turunnya
3. Munasabah antar bagian suatu ayat
4. Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan
5. Munasabah antar-suatu kelompok ayat dan kelompok ayat di sampingnya
6. Munasabah antar fashilat (pemisah) dan isi ayat
7. Munasabah antara awal surat dengan akhir surat yang sama
8. Munasabah antar penutup suatu surat dengan awal surat berikutnya

12 Nov 2020

ASBAB AL-NUZUL


     Asbabun Nuzul merupakan bentuk Idhafah dari kata “asbab” dan “nuzul”. Secara etimologi Asbabun Nuzul adalah sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu, meskipun segala fenomena yang melatar belakangi terjadinya sesuatu bisa disebut Asbabun Nuzul, namun dalam pemakaiannya, ungkapan Asbabun Nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan sebab-sebab yang melatar belakangi turunnya Al-Qur'an, seperti halnya asbab al-wurud yang secara khusus digunakan bagi sebab-sebab terjadinya hadist. Sedangkan secara terminologi atau istilah, Asbabun Nuzul dapat diartikan sebagai sebab-sebab yang mengiringi diturunkannya ayat-ayat Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW karena ada suatu peristiwa yang membutuhkan penjelasan atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban.


UNSUR-UNSUR YANG TERKANDUNG DALAM ASBABUN NUZUL 

1. Adanya peristiwa atau pertanyaan yang mendahului turunnya ayat.
2. Adanya tindak lanjut dari peristiwa itu.
3. Adanya obyek yang dituju.
4. Adanya kaitan yang erat antara peristiwa dengan materi ayat al-Qur’an yang diturunkan.
5. Terjadinya pada masa Rosulullah s.a.w. (dalam periode penurunan wahyu).


SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU ASBABUN NUZUL

     Sejak zaman sahabat pengetahuan tentang Asbabun Nuzul dipandang sangat penting untuk bisa memahami penafsiran Al-Qur’an yang benar. Karena itu mereka berusaha untuk mempelajari ilmu ini. Mereka bertanya kepada Nabi SAW tentang sebab-sebab turunya ayat atau kepada sahabat lain yang menjadi saksi sejarah turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan demikian pula para tabi’in yang datang kemudian, ketika mereka harus menafsirkan ayat-ayat hukum, mereka memerlukan pengetahuan Asbabun Nuzul agar tidak salah dalam mengambil kesimpulan. Dalam perkembangannya ilmu asbabun nuzul menjadi sangat urgen. Hal ini tak lepas dari jerih payah perjuangan para ulama’ yang mengkhususkan diri dalam upaya membahas segala ruang lingkup sebab nuzulnya Al-Qur’an. Diantaranya yang terkenal yaitu Ali bin Madini, Al-wahidy dengan kitabnya Asbabun Nuzul, Al-Ja’bary yang meringkas kitab Al wahidi, Syaikhul Islam Ibn Hajar yang mengarang sebuah kitab mengenai asbabun nuzul. Dan As-Suyuthi mengarang kitab Lubabun Nuqul fi Asbab An-Nuzul, sebuah kitab yang sangat memadai dan jelas serta belum ada yang mengarang.


FUNGSI ASBABUN NUZUL

1. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menangkap pesan ayat-ayat Al-Qur’an.
2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga memiliki keraguan umum.
3. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an.
4. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur’an turun.
5. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan wahyu ke dalam hati orang yang mendengarnya.
6. Penegasan bahwa Al-Qur’an benar-benar dari Allah SWT, bukan buatan manusia.
7. Penegasan bahwa Allah benar-benar memberi pengertian penuh pada Rasulullah dalam menjalankan misi risalahnya.
8. Mengetahui makna serta rahasia-rahasia yang terkandung dalam Al-Qur’an.
9. Seseorang dapat menentukan apakah ayat mengandung pesan khusus atau umum dan dalam keadaan bagaimana ayat aitu harus diterapkan.
10. Mengetahui hikmah disyariatkannya suatu hukum.


MANFAAT ATAU FAEDAH MEMPELAJARI ASBABUN NUZUL

1. Memudahkan Pemahaman Ayat
2. Mempelajari sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al Qur'an dapat membantu seseorang dalam memahami kandungan ayat lebih mendalam.
3. Memudahkan Pemahaman Hukum pada Ayat
4. Mempelajari sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al Qur'an juga dapat memberikan pemahaman yang tepat bahwa hukum yang dibawa oleh ayat itu adalah khusus untuk memberi penyelesaian peristiwa atau pertanyaan yang menjadi sebab turunnya ayat tersebut.
5. Memudahkan Penghafalan Ayat
6. Mempelajari sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al Qur'an ternyata dapat membantu memudahkan penghafalan dan pemahaman ayat-ayat. Selain itu, juga dapat melekatkan ayat-ayat yang bersangkutan dalam hati orang-orang yang mendengarnya, bila ayat-ayat itu dibacakan.


MACAM-MACAM ASBABUN NUZUL 

a. Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi(Cara dan Gaya menyusun kata)
Yang dipergunakan dalam Riwayat Asbab An-Nuzul 
• Sharih (visionable/jelas) 
• Muthamilah(impossible/kemungkinan) 

b. Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk Satu Ayat atau Berbilangnya Ayat untuk Satu Asbab An-Nuzul 
Berbilangnya Asbab an-Nuzul untuk satu ayat (Ta’addud al-Sabab wa Nazil al-Wahid) 
Variasi ayat untuk satu sebab (Ta’addud al-Nazil wa As-sabab al-wahid)


LAFADZ DAN UNGKAPAN-UNGKAPAN ASBABUN NUZUL 

     Ada tiga ungkapan yang menunjukan asbabun nuzul suatu ayat. Dua diantaranya dapat dipastikan sebagai asbabun nuzul. Dan satu lainnya tidak secara pasti menunjukkan kepada asbabun nuzul, mungkin asbabun nuzul mungkin juga tidak. Ungkapan itu adalah sebagai berikut: 
a. سبب نزول هذه الأية ( sebab turunnya ayat ini ialah....) Apabila suatu peristiwa didahului oleh ungkapan ini, maka tidak diragukan lagi bahwa peristiwa itu merupakan asbabun nuzul ayat yang disebut sebelumnya. 
b. Tidak menggunakan kata سبب seperti diatas. Akan tetapi, menggunakan ungkapan فنزلت atau فَأَنْزَلَ الله, yang dimulai dengan fa setelah peristiwa dijelaskan. Hal ini tidak diragukan lagi bahwa peristiwa itu juga merupakan asbabun nuzul ayat bersangkutan. 
c. Ungkapan kata yang tidak menggunaakan kata سبب dan juga tidak menggunakanف setelah peristiwa. Akan tetapi, ia menggunakan kata فِي sebelum menjelaskan peristiwa. Hal ini tidak dapat dikatakan asbabun nuzul secara pasti, tetapi ada dua kemungkinan, mungkin asbabun nuzul dan mungkin juga tidak. 
Untuk menentukan peristiwa yang menjadi asbabun nuzul suatu ayat, ungkapan-ungkapan diatas pelu menjadi pertimbangan dan perhatian seorang mufassir. Artinya, seorang mufassir dalam mencari asbabun nuzul suatu ayat hendaklah merujuk kepada peristiwa yang mengandung ungkapan yang terdapat pada poin satu dan dua.

30 Okt 2020

BACAAN DAN MELAGUKAN AL-QUR'AN

Halo, bagaimana kabarnya?
Disini saya akan mencoba membahas tentang Bacaan Al-Qur'an dan Melagukannya. Semoga membantu kalian semua. 
Simak saja ya.. 



ADAB MEMBACA AL QUR'AN

• Membersihkan mulut dengan siwak atau lainnya
• Diutamakan dalam keadaan suci
• Jika orang yang berjunub atau perempuan yang haid tidak menemukan air, maka dia bertayamum dan diharuskan baginya membaca Al-Qur'an dan kewajiban lainnya
• Disunnahkan di tempat yang bersih, suci, dan terpilih
• Diutamakan menghadap kiblat
• Memohon perlindungan dengan membaca ta'awudz
• Membaca basmalah
• Bersikap khusyuk dan merenungkan maknanya ketika membaca Al-Qur'an


PAHALA MEMBACA AL QUR'AN

     Allah SWT berfirman dalam QS Fathir [35]:29-30 yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah SWT dan mendirikan shalat dna menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam ddan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah SWT menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka anugerah-Nya. Sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun Maha Mensyukuri."
1. Menjadi manusia yang terbaik
2. Diberi kenikmatan yang tiada bandingnya
3. Al-Qur'an memberi syafaat bagi pembacanya pada hari kiamat.


SEJARAH QIRA'AH SAB'AH

     Pada awal permulaan Islam, para sahabat mempelajari Al-Qur’an secara langsung dari Rasulullah SAW sebagai penerima wahyu. Sebagian sahabat juga menerima setoran hafalan Al-Qur’an dari sahabat yang lain dan juga para tabi’in. Bahkan di antara mereka ada yang dikirim ke berbagai belahan wilayah Islam ketika itu untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada penduduk setempat.

     Seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak orang yang mempelajari Al-Qur’an secara intensif, sehingga banyak Imam ahli qiraat yang muncul. Namun, ada beberapa perbedaan dalam bacaan Al-Qur’an mereka. Meski demikian, pada abad kedua dan ketiga hijriyah, mayoritas umat Islam di masing-masing wilayah mengikuti bacaan dari imam qiraat tertentu. Penduduk Madinah mengikuti bacaan imam Nafi’, penduduk Mekkah mengikuti bacaan imam Ibnu Katsir, penduduk Syam mengikuti bacaan imam Ibnu Amir, dan lain sebagainya. Ibnu Mujahid mengumpulkan bacaan tujuh imam qiraat dalam kitabnya berjudul “As-Sab’atu fi al-Qiraa’aat”.

     Bacaan mereka dipilih karena bacaan mereka banyak dipakai dan disebarluaskan (mutawatir), sesuai dengan tulisan dalam mushaf dan kaidah bahasa Arab, serta diriwayatkan dengan sanad yang shohih. Di samping itu, mereka adalah imam-imam qiraat yang dikenal shaleh dan terpercaya (tsiqah).


HIKMAH QIRA'AH SAB'AH

• Memperkokoh kesatuan ummat.
• Bukti keagungan Al-Qur’an.
• Memberikan kelegaan pada umat.
• Ibadah dalam Islam sangatlah mudah.
• Merupakan indikasi mutlak bahwa Al-Qur’an adalah benar-benar firman Allah. 
• Merupakan bukti yang kuat atas kebenaran Rasulullah SAW.
• Mengindikasikan keagungan umat Islam.
• Menunjukkan bahwa kitab Allah terpelihara dari penyimpangan.
• Hikmah yang paling agung adalah mempermudah umat dalam urusan.


SEJARAH ILMU TAJWID

     Ilmu tajwid telah bermula sejak Al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah saw. sendiri diperintah untuk membaca Al-Qur'an dengan tajwid dan tartil seperti yang disebut dalam Ayat 4, Surah al-Muzammil. "Bacalah Al-Qur'an itu dengan tartil (perlahan-lahan)." Kemudian Nabi Muhammad saw. mengajarkan ayat-ayat tersebut kepada para sahabat dengan bacaan tartil.

     Sayyidina Ali r.a., apabila ditanya tentang apakah maksud Al-Qur'an dibaca secara tartil maka beliau menjawab, " Membaguskan sebutan atau pelafalan bacaan pada setiap huruf dan berhenti pada tempat yang betul." 

     Ini menunjukan bahwa pembacaan Al-Qur'an bukanlah suatu ilmu hasil dari ijtihad (fatwa)para ulamayang diolah berdasarkan dalil-dalil dari Al-Qur'an dan Sunah, melainkan sesuatu yang taufiqi.

     Para sahabat r.a. adalah orang-orang yang amanah dalam mewariskan bacaan ini kepada generasi umat Islam selanjutnya. Mereka tidak akan menambah ataupun mengurangi apa yang telah mereka pelajari itu karena rasa takut mereka yang tinggi kepada Allah Swt.


     Meskipun demikian, penulisan ilmu tajwid yang paling awal dianggap ketika Usman melengkapi mushaf dengan tanda titik dan garis atau harakat. Gerakan ini dilakukan karena umat Islam mulai melakukan kesalahan-kesalahan dalam membaca Al-Qur'an. 

     Sebelumnya Usman menyiapkan mushaf Al-Qur'an sebanyak enam atau tujuh buah. Beliau telah membiarkan tanpa titik-titik huruf dan baris-baris untuk memberi keluasan kepada para sahabat dan Thabi'in pada masa itu untuk membacanya sebagaimana yang mereka ambil dari Rasulullah saw. sesuai dengan lahjah (dialek) bangsa Arab macam-macam.

     Setelah berkembang luasnya agama Islam ke seluruh tanah Arab serta jatuhnya Roma dan Parsi ke tangan umat Islam pada tahun pertama dan kedua Hijriah, bahasa Arab mulai bercampur dengan Bahasa penduduk.

     Untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam membacanya maka baris dan titik pada huruf-hurufnya. Ilmu Qiraat yang paling awal ialah apa yang telah dihimpun oleh Abu 'Ubaid al-Qasim Ibnu Salam dalam kitabnya al-Qiraat tetapi ada yang mengatakan apa yang telah disusun oleh Abu 'Umar Hafs ad-Duri dalam ilmu Qiraat adalah lebih awal.

     Pada kurun ke-4 Hijriah pula, lahir Ibnu Mujahid al-Bagdadi dengan karangannya. Setelah itu lahir para ulama yang memelihara kedua ilmu ini dengan karangan-karangan mereka dari masa ke masa, seperti Abu 'Amr ad-Dani dengan kitabnya at-Taysir, Imam asy-Syatibi Tahani dengan kitabnya Hirzul Amani wa Wajhut Tahani yang menjadi tonggak kepada karangan-karangan para tokoh yang sezaman dan yang setelah mereka. Akan tetapi, yang jelas dari karangan-karangan mereka ialah ilmu Tajwid dan ilmu Qiraat senantiasa bergandengan, ditulis dalam satu kitab tanpa dipisahkan pembahasannya. Penulisan ini juga diajarkan kepada murid murid mereka. 

     Kemudian, lahir pula seorang tokoh yang amat pentingdalam ilmu Tajwid dan Qiraat, yaitu Imam (ulama) yang lebih terkenal dengan nama Ibnul Jazari dengan karangan beliau yang masyhur.


SEJARAH MAKHARIJUL HURUF

     Pada suatu hari, Abul Aswad addu’ali berjalan di sebuah gang sempit dan mendengar seseorang yang sedang membaca awal surat At-Taubah. Pada ayat tersebut, kata yang bercetak tebal dibaca wa rasuuluh akan tetapi orang itu membaca ayat tersebut dengan wa rasuulih. Mungkin kelihatannya hanya persoalan sepele (karena hanya masalah harakat) akan tetapi, dalam bahasa arab perubahan harakat bisa mengakibatkan adanya perubahan makna dari yang awalnya bermakna “bahwsanya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari kaum musyrik” berubah menjadi “Allah berlepas diri dari kaum musyrik dan Rasul-Nya” (na’udzubillah min dzalik). Setelah mendengar bacaan itu, abul aswad terkejut dan berkata “maha suci Allah, semoga Allah tidak berlepas diri dari Rasul-Nya.” lalu beliau datang kepada khalifah.

     Setelah orang-orang a’jam masuk islam, para ulama mulai menyadari pentingnya kaidah-kaidah dalam A-Qur’an agar orang-orang tidak melakukan kesalahan. Misal, dalam al-Qur’an terdapat huruf ha ح) ) seperti dalam surat Al-Fatihah.

     Sedangkan huruf tersebut tidak terdapat dalam bahasanya, maka sebagian orang membaca dengan mengganti haح) ) menjadi ha ه)) Atau menjadi kha خ)) . Padahal kedua-duanya salah dan apabila hal ini terus dibiarkan, niscaya huruf-huruf Al-Qur’an akan hilang. Dan dengan hilangnya huruf-huruf tersebut akan hilang pula makna Al-Qur’an yang telah diwahyukan oleh Allah di dalamnya. Jika diumpamakan, makna bagaikan air dan lafadz bagaikan gelas. Sebagaimana telah diketahui bahwa bentuk air akan selalu mengikuti bentuk tempat yang ditempatinya.

     Demikian pula lafadz, ketika kita sedang melafadzkan sebuah kata misalkan (عسى) kata ini bermakna harapan. Akan tetapi jika huruf sin dalam kalimat ini kita tebalkan, yakni (عصى ) maka arti dalam kata ini sudah berubah sebagaimana pindahnya air ke tempat yang lain. 

     Ada seorang ulama’ besar –sesudah Abul Aswad- yakni Khalil Ibnu Ahmad al-Farahidi, muridnya yang bernama di bawah berkata:
 ان الخليل ذاق الحروف
 
“Sesungguhnya khalil dapat merasakan huruf”

     Padahal biasanya yang dirasa oleh orang- orang adalah makanan atau minuman. Dalam hal ini sibawaih mengumpamakan huruf dengan makanan dan minuman. Karena pada suatu hari khalil mencoba untuk melafadzkan huruf-huruf tersebut dan mencobanya dengan berbagai harakat kemudian beliau menuliskan tempat-tempat keluarnya. misal huruf kha’ keluar dari tenggorokan paling atas, huruf ba’ keluar dari kedua bibir dan lain sebagainya.


HIKMAH ILMU TAJWID DAN MAKHARIJUL HURUF

• Mengetahui cara membaca Al-Qur’an yang baik dan benar
• Mampu membaca Al-Qur’an sesuai kaidah yang benar
• Menjaga lidah dari terjadinya kesalahan saat membaca Al-Qur’an (Lahn)

     Kesalahan sepele dalam membaca harakat, huruf, ataupun suatu kalimat akan dapat mengubah maksa sesungguhnya dari Al-Qur’an itu sendiri. Begitu juga halnya, kita tidak diperbolehkan mengganti salah satu kalimat yang ada di dalam Al-Qur’an dengan kalimat dalam bahasa arab yang lainnya.



Nahh itu tadi beberapa yang bisa saya sampaikan. Apabila masih ada kekurangan atau ada yang perlu ditanyakan, silahkan komen dibawah. Insyaallah saya akan membalasnya.

Untuk pembahasan selain tentang Islam juga boleh. Mungkin nanti saya juga akan membahas diluar konteks Agama. Bisa tentang film, novel, komik, musik, ataupun sejarah. So..
Terima kasih.. see you next time and peace ✌️

25 Okt 2020

PENGERTIAN AYAT DAN SURAT DALAM AL QUR'AN

Pengertian

Ayat ialah kalimat dalam al-Qur'an, ia diketahui secara tauqifi (dengan nash dari Rasulullah saw.), bukan secara qiasi (analogi). Karena itu mereka menghitung (الٓمٓ) dan (الٓمٓصٓ) masing-masing sebagai satu ayat, tetapi tidak menghitung (الٓمٓ) dan (ألر), (حم) dan (يسٓ) masing-masing dihitung sebagai satu ayat, tetapi tidak demikian dengan (طسم), ayat hutang di surat al-Baqarah 282 panjangnya satu halaman penuh. Ayat adalah satu kata. menurut kesepakatan, tidak sah shalat dengan membaca hanya separuh ayat. 

Al-Suratu dari kata al-su'ru yang artinya sisa minuman di dalam bejana. Karena itu, ia seakan-akan bagian al-Qur'an. Al-Suratu juga berarti kedudukan yang tinggi, sebab ia adalah kalam Allah yang tinggi.

Jumlah Ayat 

Para ulama sepakat mengatakan bahwa jumlah ayat al-Qur’an lebih dari 6.200 ayat. Namun berapa ayat lebihnya, mereka masih berselisih pendapat. 
Ada orang yang menghitung dua ayat menjadi satu. Dan sebaliknya juga ada yang menghitung satu ayat jadi dua. Padahal kalau dibaca semua lafadz Quran itu, semuanya sama dan itu itu juga. Tidak ada yang berbeda.
Perbedaan dalam menghitung jumlah ayat ini sama sekali tidak menodai Alqur’an. Kasusnya sama dengan perbedaan jumlah halaman mushaf dari berbagai versi percetakan. Setelah dijumlahkan didapatkan bahwa jumlah ayat di dalam Alqur’an adalah 6236 ayat tanpa memasukkan 112 bismillah di awal surat Jika dimasukkan kedalam perhitungan jumlahnya menjadi 6348 ayat, tetap tidak sampai 6666. Jumlah ini ternyata sama dengan jumlah ayat dalam list al-Qur’an digital. Allahu alam.
                                                                            
Jumlah Surat 

Al-Qur'an dibagi menjadi 114 bab yang disebut "surah". "Surah" itu diatur berdasar panjangnya, dari yang terpanjang sampai yang terpendek, kecuali yang pertama (Surah Al-Fatihah), yang disebut "Pembukaan". Al-Qur'an terdiri atas 114 surah.

Ayat-ayat Yang Pertama Turun 

Ada empat pendapat ulama tentang yang pertama diturunkan secara mutlak

1. Yang pertama kali diturunkan adalah Surat Al-‘Alaq ayat 1-5
2. Pendapat ini berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah RA
3. Yang pertama kali diturunkan adalah Surat Al-Mudatsir 74:1-5
4. Pendapat ini juga berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim
5. Yang pertama kali diturunkan adalah Surat Al-Fatihah
6. Berdasarkan hadits riwayat Baihaqi dengan sanadnya dari Abi Maisarah 'Umar ibn Syurahbil.
7. Yang pertama kali diturunkan adalah Bismillahirrahmanirrahim.
8. Berdasarkan hadits riwayat al-Wâhidi dengan sanadnya dari Ikrimah dan al-Hasan.

Ayat-ayat Yang Terakhir Turun 

Para ulama berbeda pendapat tentang ayat yang terakhir diturunkan secara mutlak. Masing-masing pendapat berdasarkan kepada atsar dari sahabat, dan tidak satupun pendapat yang berdasarkan hadits marfû’. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:

1. Surat Al-Baqarah 278
2. Surat Al-Baqarah 281
3. Surat Al-Baqarah 282
4. Surat Ali 'Imrân 195
5. Surat An-Nisâ’ 93
6. Surat An-Nisâ’ 176
7. Surat Al-Mâidah 3
8. Surat At-Taubah 128-129
9. Surat Al-Kahfi 110
10. Surat An-Nashr.

PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK AYAT MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT

Muhkam adalah sesuatu yang dikokohkan, jelas, fasih dan membedakan antara yang hak dan batil.
Karakteristik Muhkamat : 
• Lafal yang diletakkan untuk suatu makna yang kuat dan mudah dipahami
• Ayat yang maknanya sudah jelas,tidak samar lagi

Mutasyabih secara bahasa berasal dari kata syabaha, yakni bila salah Syubhah ialah keadaan di mana satu dari dua hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan di antara keduanya secara konkrit atau abstrak.
Karakteristik Mutasyabihat : 
 • Ayat yang maknanya belum jelas sehingga memerlukan petakwilan untuk mengetahui maksudnya.
 • Ayat mutasyabih memiliki kesamaran pada lafal dan maknanya.

PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK AYAT MAKIYAH DAN MADANIYAH

Surah Makkiyah
ialah ayat-ayat yang diturunkan di Makkah selama dua belas tahun lima belas bulan tiga belas hari; terhitung sejak 17 Ramadan tahun ke-41 dari kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam sampai 1 Rabi’ul Awwal tahun ke-54 dari tahun kelahirannya. Ayat-ayat Makkiyah ini ada 86 surah atau 4.780 ayat. 

Ciri surah Makkiyah umumnya pendek-pendek, seperti surah al-lkhlas. Surah Makkiyah diawali dengan kalimat “Ya ayyuhan nas” atau “Ya ayyuhal insan” dan berhubungan dengan akidah. Ciri lainnya terdapat kata “Kalla” yang disebut sebanyak tiga puluh tiga kali dalam lima belas surah, ayat sajdah yang berjumlah enam belas ayat, terdapat kisah para Nabi dan umat terdahulu, kecuali al-Baqarah dan Ali ‘Imraan, mengandung seruan beriman kepada Allah dan Hari Kiamat, terdapat kalimat sumpah pada setiap surahnya, dan diawali dengan huruf-huruf singkatan seperti alif lam mim, alif lam ra, ha mim, dan lainnya (kecuali surah al-Baqarah dan Ali ‘lmraan).

Surah Madaniyah
ialah ayat-ayat yang ke Madinah selama sembilan tahun sembilan bulan sembilan hari; terhitung sejak nabi berhijrah ke Madinah sampai pada 9 Dzulhijjah tahun ke-63 dari tahun kelahirannya. Ayat-ayatnya berjumlah 1.510 ayat dan mencangkup 28 surat. Setiap ayat yang turun setelah hijrah ke Madinah termasuk ke dalam surah Madaniyah.

Adapun ciri ayat-ayatnya Madaniyah adalah panjang-panjang (tiwal), diawali dengan perkataan yaa ayyuhalladzina aamanu (wahai orang-orang yang beriman), kebanyakan berisi hukum-hukum, menceritakan orang-orang Mukmin, dan membicarakan orang , dan membicarakan orang ang berhijrah (kaum Muhajirin), kaum Anshar, dan kaum munafik serrta ahli kitab.

17 Okt 2020

Pemeliharaan dan Pewahyuan Al-Qur'an

    Al Qur'an sangat dijaga dan dipelihara oleh Nabi dan para tokoh-tokoh Islam seperti Abu Bakar ash Shiddiq, Umar bin Khattab serta Ustman bin'Affan. Keorisinalitasnya juga terpelihara. Wahyu adalah hubungan gaib antara sang Pencipta dengan para utusan-Nya. Proses turunnya Al Qur'an secara global dan beetahap dengan tujuan yang baik dan memiliki faedah. Banyak hikmah yang dapat diambil dari turunnya Al Qur'an. Serta dijaman sekarang ini kita harus memelihara Al Qur'an dengan cara membacanya dan mengamalkan nya dalam hidup kita. Menjadikan Al Qur'an sebagai pedoman hidup. Menjadi umat islam kita juga harus tau bagaimana sejarah Al-Qur'an menjadi pedoman hidup sampai sekarang ini dari pemeliharaannya sampai pewahyuan.



PEMELIHARAAN AL QUR'AN MASA NABI 

I. HAFALAN :
• Al Qur'an berisi aturan hidup yang harus dijalankan
• Al Qur'an tanda keagungan Allah yang memiliki I'jaz salah satunya segi balaghohnya
• Kedudukan terhormat para huffadz


II. TULISAN :
• 'Usub (pelepah kurma yang sudah dipisah dari batangnya)
• Al-Likhaf (lempengan-lempengan batu halus)
• Al-al Riqa' (daun-daun/kulit pohon tertentu)
• Al-Aqtab (papan yang digunakan pada punggung onta sebagai penyangga)
• Qitha' Al-Adim (potongan-potongan kulit unta/kulit kambing)


III. JURU TULIS AL QUR'AN MASA NABI

1. Abu Bakar Al Shiddiq
2. Umar Ibn Al Khattab
3. Ustman Ibn Affan
4. Ali Ibn Abi Thalib
5. Zaid bin Tsabit
6. Ubay bin Ka'ab
7. Mu'adz bin Jabal
8. Muawiyah bin Abi Sufyan


IV. PEMELIHARAAN AL QUR'AN MASA ABU BAKAR ASH SHIDDIQ

1. Para sahabat (hafiz Al Qur'an) syahid
2. Meminta Zaid bin Tsabit mengumpulkan Al Qur'an
3. Setiap helaian ayat Al Qur'an dikumpul dan diikat dengan benang mengikut susunan
4. Lembaran disimpan di rumah Umar Al Khattab
5. Kemudian dipindahkan ke rumah Hafsah


V. PEMELIHARAAN AL QUR'AN MASA UMAR BIN KHATTAB

1. Memprakarsai pembukuan Al Qur'an
2. Mengurai prinsip dan kandungan Al Qur'an
3. Menggalakkan kegiatan ilmu
4. Umat Islam diminta menghafal surah-surah
5. Menghantar guru-guru mengajar Al Qur'an di masjid


VI. PEMELIHARAAN AL QUR'AN MASA USTMAN BIN 'AFFAN

1. Khalifah Ustman memandang perlu memasyarakatkan mushaf Al Qur'an
2. Dibentuk panitia penulis mushaf (Zaid bin Tsabit, 'Abdullah bin Zubair, Sa'in bin al-'AshAbdurrahman bin Harist)
3. Proses penulisan dan penggandaan (terkait jumlah ada perbedaan pendapat 4 dan 7)
4. Dikirim ke Kufah Bashrah, Syam dan disimpan di Madinah (Mushaf Al Imam)


VII. PROSES PENULISAN

Ketentuan penulisan yang diterapkan Oleh Ustman bin'Affan :
1. Tidak boleh menulis sesuatu kecuali setelah benar-benar diteliti
2. Dipastikan bahwa yang akan ditulis adalah benar-benar ayat Al Qur'an
3. Ayat yang akan ditulis dipastikan bukan ayat yang dihapus (manshukh)
4. Tidak menulis sesuatu kecuali jika para sahabat mengakui kebenaran ayat Al Qur'an yang hendak ditulis
5. Jika ada perbedaan pendapat, maka hendaknya ditulis dengan dialek orang Quraisy
6. Ayat yang akan ditulis benar-benar dihafal para sahabat secara mutawatir
7. Ayat Al Qur'an yang hanya dibaca dengan satu macam qira'at (bacaan) harus ditulis dengan rasm yang hanya menunjuk pada satu macam bacaan
8. Ayat Al Qur'an yang boleh dibaca dengan beberapa bacaan maka rasm yang dipakai adalah yang dapat mewakili semua bacaan (qira'at)
9. Jika ada ayat yang boleh dibaca beberapa macam namun tidak ada rasm yang dapat mewakili semua maka ditulis sesuai dengan ragam bacaan yang memudahkan seperti itu


VIII. USAHA LANJUTAN PENYEMPURNAAN MUSHAF USTMANI

1. Pemberian titik di atas sebagai tanda baca fathah dan titik di bawah sebagai tanda baca kasroh oleh Abu al-Aswad ad-Du'ali
2. Penyempurnaan usaha sebelumnya dengan memberi titik pada semua huruf Al Qur'an yang dianggap penting untuk diberi harakat Oleh Nashr bin'Ashim
3. Khalil bin Ahmad mengganti tanda baca fathah dengan alif kecil, kasroh dengan ya'kecil
4. Pemberian nomor ayat, tanda waqaf, batas pangkal surat dan akhir surat, jenis surat Makkiyah atau Madaniyah dan lain-lain sehingga jadilah mushaf seperti yang ada sekarang ini


IX. TERPELIHARANYA ORISINALITAS AL QUR'AN

1. Setiap ayat turun selalu ditulis oleh Kuttab al-Wahyi
2. Kegiatan tulis menulis telah ada di kalangan bangsa Arab
3. Dihafalkan oleh Rasulullah dan para sahabat
4. Bacaan rutin umat Islam


X. FAEDAH DAN TUJUAN PEMBUKUAN AL QUR'AN

1. Menyatukan dan menyeragamkan tulisan dan ejaan serta bacaan Al Qur'an bagi seluruh umat Islam
2. Agar umat Islam berpegang pada mushaf yang disusun secara sempurna
3. Mempersatukan urutan susunan surat-surat dalam Al Qur'an sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW




PEWAHYUAN AL QUR'AN

"Wahyu adalah petunjuk yang disampaikan secara sembunyi"
"Wahyu merupakan hubungan gaib yang tersembunyi antara Allah SWT dan para utusan-Nya"


I. BENTUK-BENTUK WAHYU

1. Menambatkan makna isi Al Qur'an dalam hati Rasulullah SAW
2. Menyampaikan wahyu kepada Rasulullah SAW dari balik hijab
3. Perantara malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu


II. PROSES TURUNNYA AL QUR'AN

• Diturunkan secara Global :
Turunnya ilmu-ilmu Allah SWT termasuk Al Qur'an dan rahasia-rahasia besar yang terkandung di dalamnya kedalam hati Rasulullah SAW.
• Diturunkan secara Bertahap :
Turunnya lafadz-lafadz Al Qur'an tertentu dan beberapa ayat secara berkelanjutan yang semuanya itu terkadang dibarengi dengan kejadian-kejadian yang terjadi pada masa itu dan kejadian pasca kenabian sesuai dengan perkembangan zaman.


III. HIKMAH DITURUNKANNYA AL QUR'AN SECARA BERTAHAP

1. Mengiringi perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun
2. Memberikan semangat batiniah bagi kontinuitas proses dakwah Nabi Muhammad SAW
3. Al Qur'an membantu Nabi Muhammad SAW untuk menghadapi keraguan, tuduhan-tuduhan serta berbagai cobaan dari kaum musyrik


IV. TUJUAN DITURUNKANNYA AL QUR'AN

• Sebagai peringatan (Q.S Al-An'am[6]:19)
• Sebagai contoh, ibroh, dan pelajaran (Q.S Al-Isra'[17]:89)
• Sebagai hujjah, petunjuk dan mukjizat (Q.S An-Nisa'[4]:174)
• Sebagai kitab Perundang-undangan, syariah dan perincian (Q.S An-Nahl[16]:89)
• Sebagai pemutus hukum, pengangkat perselisihan dan Pembeda yang hak dan yang bathil (Q.S An-Nahl [16]:64)
• Sebagai risalah pembenar dari risalah-risalah sebelumnya (Q.S Al-Ma'idah [5]:48)

9 Okt 2020

AL-QUR'AN DAN MUKJIZATNYA


   Sebelum membahas tentang mukjizat Al-Qur'an, lebih bagusnya kita memahami tentang apa itu Al-Qur'an terlebih dahulu. Maka marilah kita untuk memahami definisi tentang Al-Qur'an itu sendiri.


   Al-Qur'an secara bahasa mempunyai lafadz Qara'a yang artinya mengumpulkan dan menghimpun. Adapun arti lain Qira'ah yaitu menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam satu ucapan yang tersusun rapi.

Secara terminologi, Al-Qur'an adalah :
- Firman Allah yang bermukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam mushaf-mushaf yang diriwayatkan secara mutawatir bernilai ibadah bagi yang membacanya
- Lafadz yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan secara mutawatir dan bernilai ibadah bagi yang membacanya
- Dengan menyebut satu sifat atau dua sifat untuk mensifati kalam Allah.

Ada beberapa nama lain dari Al-Qur'anitu sendiri yang merupakan pedoman bagi umat islam yaitu :
- Al-kitab, karena ayat-ayat Al-Qur'an ditulis dalam bentuk kitab
- Al-furqan, membedakan yang hak dan bathil, antara yang benar dan yang salah, serta antara yang baik dan buruk
- Al-dzikr, karena menurut al-zarkasyi, Al-Qur'an mengandung peringatan, nasihat, serta informasi mengenai umat yang telah lalu.


   Setelah kita mengetahui apa itu Al-Qur'an, maka kita akan membahas lebih lagi tentang Al-Qur'an. Kali ini kita membahas tentang apa itu Mukjizat Al-Qur'an.
I'jaz (kemukjizatan) adalah menetapkan kelemahan. Apabila kemukjizatan telah terbukti, maka nampaklah kemampuan mu'jiz (sesuatu yang melemahkan).

   Aspek dari kemukjizatan Al-Qur'an itu ada beberapa, yaitu kemukjizatan Al-Qur'an dengan cara sirfah (pemalingan); kemukjizatannya terletak pada balaghohnya yang tinggi; mengandung badi'yang unik; pemberitaan hal-hal ghaib yang akan datang; mengandung ilmu dan hikmah yang sangat dalam. Macam-macam dari kemukjizatan Al-Qur'an terdiri dari kemukjizatan Al-Qur'an, kemukjizatan ilmiah; kemukjizatan tasyri' (perundang-undangan).


Terima kasih atas kunjungannya.
See you again and peace :)

23 Jan 2020

Jika Kita Punya Kekuatan Manipulasi Ruang dan Waktu. APA RESIKONYA?

  Perjalanan ruang dan waktu selalu dikaitkan dengan black hole atau foto-foto yang dikira itu seorang time traveler. Mungkin ada yang percaya dengan itu atau ada yang tidak percaya, tapi saya tidak akan membahas tentang manipulasi ruang dan waktu benar adanya atau tidak. Saya hanya ingin membahas tentang apa pendapat kalian jika kita mempunyai kekuatan memanipulasi ruang dan waktu seperti film Harry Potter atau film animasi Doraemon saat melakukan pintu kemana saja. Karena banyak film dan novel dengan genre magic atau fiksi yang kebanyakan menggunakan kekuatan ruang dan waktu sebagai kekuatan yang overpower.

  Jika kita mempunyai kekuatan manipulasi ruang dan waktu maka untuk apa kita menggunakan kekuatan tersebut?

  Kita tahu bahwa kekuatan tersebut masih banyak juga versi nya, seperti :
Manipulasi Ruang, maka kita bisa berpindah tempat dalam sekejap seperti pindah ruang dari kota A ke kota B dalam waktu yang singkat. Atau kita bisa bersembunyi/menghilang dari dunia normal ke dunia kita sendiri (seperti ruang hampa).
Manipulasi waktu, maka kita bisa pergi ke waktu lampau atau masa depan. Bahkan bisa mempercepat, membalikkan, dan menghentikan waktu.
Kombinasi ruang dan waktu, maka kita punya kekuatan dari manipulasi ruang maupun waktu.

  Bagaimana resiko yang kita dapat jika menggunakan kekuatan tersebut?

  Kita tahu bahwa "semua kelebihan pasti punya kelemahan". jadi apapun kekuatan tersebut jika semakin kuat maka resiko juga semakin besar. ini mungkin resiko-resiko jika kita mempunyai kekuatan Manipulasi Ruang dan Waktu:
• Kita bisa berpindah tempat dalam sekejap maka resikonya mungkin kita tersesat atau terdapat masalah dalam portal ruang tersebut.
• Kita bisa bersembunyi/menghilang ke ruang khusus kita sendiri maka resiko yang mungkin didapat adalah kita menghilang selamanya, atau saat kita sekarat di ruang tersebut dan tidak bisa kembali maka tidak ada orang yang bisa menolong.
• Kita bisa pergi ke masa lampau atau masa depan maka resikonya kita mati masa tersebut atau yang lebih buruk bisa mengubah takdir kita bahkan orang lain yang berkaitan dengan kita.
• Kita bisa mempercepat, membalikkan, atau menggentikan waktu juga mempunyai resiko yang besar. Jika kita mempercepat waktu maka kita tidak tahu proses kejadian disaat proses percepatan waktu tersebut. Jika kita membalikkan dan menghentikan waktu maka umur kita akan cepat tua karena disaat kita balik atau menghentikan waktu tersebut kita sendiri masih aktif bergerak, dalam artian berarti kita menghabiskan waktu lebih banyak.

  Saya tidak mengajak kalian disini untuk percaya dengan time traveler, tetapi kita disini hanya berhalusinasi berbobot jika kita mempunyai kekuatan tersebut. Dan jika kalian sudah tahu resiko besar kekuatan tersebut, apakah kalian masih banyak yang ingin memiliki kekuatan manipulasi ruang dan waktu?